• Chapter Dua Puluh Tiga

1.7K 71 2
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

Irren menunggu bis bersama yang lain, bis yang akan mengantar mereka menuju Bandara Ngurah Rai, Bali.

"Gak ada yang ketinggalan kan?" tanya Bu Shinta, penanggung jawab acara Study Tour di Bali ini.

Semua siswa menggeleng dan menjawab, "gak ada bu." Tapi salah seorang siswa malah menjawab sebaliknya. Orang itu adalah Rezla.

"Apa yang ketinggalan?" tanya Bu Shinta.

"Jejak kaki saya ketinggalan bu." jawab Rezla.

Serentak semua kesal dengan jawaban Rezla. Rasa kesal mereka tergantikan dengan berhentinya bis tepat depan mereka.

Bis itu melaju dengan kecepatan sedang, para siswa menikmati fasilitas yang ada. Seperti adanya dvd, membuat siswa tidak bosan dan tidak merasa pusing ketika didalam bis. Tapi Irren merasa sebaliknya, dengan adanya dvd dan nyanyian, ia merasa tidak suka. Ramai. Kepalanya hampir pecah.

Tak lama kemudian, mereka sampai di Bandara Ngurah Rai, dan pas sekali take in ke dalam bandara. Irren merasa terbantu dengan adanya tangan Rezla di bahunya, merangkul Irren karena Irren tidak enak badan dan kurang tidur.

Selepas menaiki pesawat melalui tangga yang tersedia dan masuk kedalam kabin, Irren langsung duduk dan tertidur dengan posisi menyender di jendela pesawat. Rezla sebagai pacar yang peka dan perhatian terhadap pasangannya, dengan sigap memindahkan kepala Irren di bahunya tanpa Irren sadari.

Rezla juga tertidur dengan terpasangnya headphone yang disediakan pesawat di telinganya.

Irren terbangun ketika kepala Rezla bergerak, tapi Rezla tidak bangun dari tidurnya.

"Kok gue bisa disini? Tadikan gue naruh kepala di kaca jendela." Irren merasa ada yang memindahkannya saat dirinya tidur.

"Pasti kerjaannya cowok ini nih," Irren nyengir sambil menunjuk Rezla. Disaat Irren ingin memindahkan kepala Rezla di bahunya. Entah kenapa kepala Rezla sangat susah sekali untuk dipindahkan.

Tanpa Irren ketahui, Rezla sudah dalam keadaan setengah sadar ketika Irren menarik kepalanya untuk dipindahkan.

Irren belum menyerah untuk memindahkannya. Sampai akhirnya tangan Rezla mendekatkan kepala Irren ke bahunya.

Dan kepala Irren pun mendarat di bahu Rezla.

"Gue gak mau lo keberatan sama kepala gue, biar gue aja yang lo jadiin sandaran." Ujar Rezla

°•°•°•°•°•°•°

Akhirnya Irren sampai di kota kelahirannya, laju mobil yang dikendalikan Papanya melaju cukup pesat di tol. Karena volume kendaraan tidak banyak. Irren asyik memandangi gedung-gendung dan memperhatikan apa yang berbeda dari ibu kota negara kita ini sejak 5 hari Irren tinggal. Sedangkan kembarannya, Arrel, ia tertidur dengan posisi mulut terbuka lebar.

Itulah kebiasaan yang jarang di ketahui teman-temannya. Yang tau hanyalah dirinya. Tetapi terkadang dirinya sudah kelewat batas, alias dia pernah tidur di kelas dengan mulut yang terbuka lebar.

Dan jika ada teman yang bilang kepadanya soal hal itu, dengan santainya dia menjawab.

"Gak mungkinlah, cowok cool kayak gue tidur kayak gitu."

Andaikan ada lebih dari seribu pasukan lalat yang ingin masuk ke mulutnya, pasti akan masuk semua. Irren tertawa sendiri membayangkannya, ia ingin memotret kembarannya itu. Tapi ia malas menggapai handphonennya yang terletak di bagasi belakang mobil.

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang