• Chapter Sembilan Belas

1.7K 67 2
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa

Irren menekan tanda telepon di handphonenya

"Cepetan dong Ren," kata Nilla yang sebenarnya hanya candaan.

"Sabar kek, ini nomernya tidak dapat dihubungi tau." jawab Irren setelah mendapati Rezla tidak mengangkat panggilannya.

"Alah, gak usah sepik deh."

"Nih, gue gedein volumenya." Irren menekan pembesar volume, yabg terdengar hanya balasan dari operator.

Dan Nilla jadi gelagapan sendiri, "yaudah,"

"Jadi gue gak ngelaksanain dare nya kan?" tanya Irren dengan senang, tapi karena balasan Nilla dan Debby hampir secara bersamaan, itu membuatnya kesal setengah mati.

"Curang lo, tunggu nanti Rezla telpon lo balik."

"Kalau enggak?"

Nilla berpikir sebentar, "kalau enggak, nanti lo bilang langsung aja ke dia, pas kita bertiga sembunyi-sembunyi biar dia ngira kalau lo minta putus itu serius. Bukan hanya mainan."

Irren hanya berpasrah kepada Tuhan semoga Rezla menghubunginya balik.

"Yaudah gantian ya," Irren memutar botolnya dan mengarah kepada Livia.

"Truth or Dare?"

"Truth."

"Wadaw!" celetuk Debby.

"Gua mau lo jujur, sebenarnya kenapa lo tiba-tiba baik ke kita, kenapa tiba-tiba lo deketin kita dan mau main bareng sama kita."

Kejujuran. Itu sebenarnya yang membuat Livia malas mengatakannya, apalagi tentang ini. Ia harus pandai-pandainya dalam berbicara agar tidak keceplosan.

"Ya gue sadar aja atas apa yang gue perlakuin ke lo tiga tahun lalu saat SMP, gua sadar, mungkin gue itu iri sama lo, jadinya ya gini, tapi kan sekarang kita udah jadi teman." balas Livia menekankan kata teman. Sambil tersenyum.

"Ohh gitu, bukan karena ada sesuatu?" Irren curiga.

"Gak sama sekali," satu detik kemudian, Livia mengalihkan topik pembicaraan, "ayo, gantian, tinggal Nilla nih yang belum."

Mata Livia terarah ke Nilla, "truth or dare?"

"Truth." jawabnya.

"Jelasin, kenapa lo sama Arrel bisa pacaran tanpa sepengetahuan kita."

"Pertanyaan yang bagus." celetuk Irren.

"Awal kita kenal ya udah lama sih sebenarnya dari awal kita kelas sepuluh, kita sama-sama kenal. Terus kita dekat dan sering chattingan akhir-akhir kelas sebelas menuju kelas dua belas."

"Udah lama juga," balas Debby dan Irren secara bersamaan.

Livia hanya diam mendengarkan, dia lebih baik diam daripada terus berbicara yang pada akhirnya akan salah mengucapkan kata.

"Gak ditelepon balik Ren?" tanya Nilla dengan mengangkat kedua alisnya seraya tersenyum menyebalkan.

"Ihhh palingan nanti dia telp-" balasan Irren dipotong dengan suara nada dering telepon miliknya. Pas dia lihat siapa yang menelponnya, ternyata itu pacarnya.

"Pas banget," kata Debby seraya memasang muka ngeselinnya.

Irren mengangkat teleponnya.

"Kenapa tadi nelepon, kangen?" Tanya Rezla di seberang sana.

"Geer."

"Terus kenapa?"

"Mau bilang sesuatu."

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang