• Chapter Tiga Puluh Satu

1.7K 55 0
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya ya❤

Irren bangun dari tidurnya dengan posisi badannya terikat dengan tali, begitu juga dengan kedua tangan dan kakinya.

Gelap. Ia yakin hari sudah pagi, tapi di ruangan ini gelap.

Irren mempunyai beberapa phobia, terutama phobia akan kegelapan, ia bisa demam satu minggu gara-gara gelap.

Irren bingung, kenapa ia bisa ada disini. Perasaan semalam ia tidur di kasur. Tidak ada hal yang aneh selama ia disini.

"Sayang, kamu udah bangun,"

Ia tidak bisa melihat siapa pemilik suara itu, yang jelas, suara itu amatlah berat. Seperti suara om-om pedofil.

Irren terus menggerakkan tangan dan kakinya, berusaha untuk melepaskan dirimya dari ikatan itu, namun usahanya nihil.

Terdengar suara hentakan kaki orang melangkah, Irren sangatlah yakin. Pasti itu adalah orang yang menyebutnya dengan sebutan sayang itu.

Jujur, ia sangat jijik.

Hentakan kaki itu semakin dekat.

Orang itu mengelus rambut Irren, Irren mencoba menjauhkan tangan orang itu dari rambutnya.

Tak lama kemudian ruangan itu terpancarkan cahaya, hanya satu titik. Setidaknya Irren bisa melihat siapa orang itu. Ternyata tidak bisa, pengaruh obat tidur yang overdosis membuat kepalanya pusing dan matanya terasa perih.

Orang itu dapat melihat Irren dengan jelas, ia mengangkat dagu Irren, "udah berani ngelawan ya kamu sekarang," lalu ia mengelus pipi Irren dengan lembut.

Irren mencoba menjauhkan wajahnya itu.

"Semakin kamu berani ngelawan saya, saya semakin liar dan lebih liar lagi. Lebih baik kamu diam menikmati ini semua,"

Irren menelan salivanya.

Sayangnya ia tidak bisa berinteraksi dengan Arrel, karena perbedaan negara. Arrel hanya bisa merasakan ada kejanggalan dalam dirinya, seperti secara tiba-tiba ia memikirkan Irren. Dan itu adalah hal yang sudah biasa. Pasti dia juga tidak percaya kalau Irren kenapa-kenapa di sana.

Orang itu semakin liar, ia mengelus bibir Irren, "indahnya bibirmu, pasti masih di segel kan ya. Boleh nih saya mencobanya," orang itu mendekatkan wajahnya dengan bibir Irren.

Irren tau, orang itu hampir menyentuh bibir miliknya, karena terasa napas dari hidung orang itu dan untung saja wajah Irren menyamping. Jadinya tidak mengenai bibir bekas alkohol dan obat-obatan terlarang orang itu.

"Saya kan sudah bilang, nikmati saja. Jika kamu berani melawan saya, saya akan semakin liar dan liar lagi,"

Orang itu melanjutkan aksinya, mengelus bagian leher Irren dan ia hampir saja menyentuh dada Irren, "lumayan. Saya sudah tidak sabar ingin memainkannya,"

Irren menangis. Ia takut sesuatu yang dimiliki kaum wanita diambil tak sepantasnya oleh orang yang tidak berhak mengambilnya.

"Jangan nangis, saya gak akan ngapa-ngapain kamu. Saya cuma minta kamu ngikutin permainan saya kali ini," ucap Orang itu sambil mengusap air mata Irren dengan tangan kirinya dan tangan kananya sibuk meraba paha putih mulus Irren.

Irren terus menangis. Sementara orang itu sibuk meraba paha Irren yang terekspos karena orang itu dengan menaikkan dress Irren.

"Saya tidak pernah melihat paha seputih ini, mulus lagi. Saya jadi ingin terus merabanya,"

Orang itu lagi-lagi nakal, ia terus meraba paha Irren sampai dalam dan akhirnya ia menemukan sesatu yang tidak pantasnya di pegang kecuali oleh sang pemiliknya.

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang