• Chapter Dua Puluh

1.8K 59 0
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

Suara jam beker milik Nilla membangunkan Irren, Debby, Nilla dan Livia dari tidur mereka. Tanpa mereka sadari, lusa mereka akan pulang menuju Jakarta.

"Kuy olahraga, seger loh udara disini," ajak Nilla seraya membangunkan Irren yang masih pulas ditempatnya.

"Ren bangun," Nilla menggoyangkan kaki Irren.

Irren tidak menjawabnya, semalam di bis dia sudah tidur. Saat sampai di hotel, ia begadang sampai pukul 2 dini hari. Biasa, menonton televisi. Padahal tidak ada siaran yang mengasikkan di televisi pada jam tengah malam ke bawah.

"Gue masih ngantuk, kalian olahraga duluan aja." wajar saja ia mengantuk, ia baru tidur 4 jam. 4 jam itu juga terkadang ia masih mendengar suara ombak.

"Yaudah."

Irren tidur kembali setelah Debby, Nilla dan Livia keluar hotel untuk berolahraga.

°•°•°•°•°•°•°

"Beb bangun!"

Suara itu membuat Irren kesel. Tetap ia tidak mau bangun karena matanya masih ingin tidur.

"Beb bangun! Kamu lupa ya, kita hari ini mau balik ke Jakarta tau,"

Ucapan orang itu membuat Irren terkejut, ia langsung bangun.

"Akhirnya lo bangun, keren kan cara gua bangunin lo," dengan bangganya, Rezla mengangkat kedua alisnya.

"Lo itu ya, gue baru tidur 4 jam tadi malam, tadi juga gue sarapan terus tidur lagi."

"Lo gak olahraga?"

"Gak."

"Nanti gendut loh,"

"Ihhh gue tuh kalau makan banyak, tetep aja badan segini-gini aja, gak bakalan nambah."

"Masih aja cari alasan, bilang aja gak mau dibilang gendut. Dasar cewek." celoteh Rezla sebelum keluar.

"Ihhh punya pacar ngeselin banget," Irren kesel, ia memukul bantal ke kasurnya berulang kali.

Lalu Irren diam sebentar, ia menarik tas kecil yang tak jauh dari tempatnya lalu mengambil dua tiket pesawat yang tiba-tiba ada di tasnya.

Lalu ia mengamatinya, "DA?"

Ia melihat tanggal dimana ia akan berangkat, 26 Agustus 2018

Irren melihat tanggalan di handphonenya dan ia terkejut, "besok lusa balik ke Jakarta, dua minggu kemudian terbang kesini? Ngapain?" Gumamnya yang di dengar oleh Livia dari dalam kamar mandi.

Livia keluar kamar mandi, ia berpura-pura tidak mendengar gumaman Irren. Tapi dia melihat Irren memegang sesuatu.

"Itu apaan Ren?" tanya Livia. Padahal dia sudah tau, kalau itu adalah salah satu rencananya dengan Aldo.

"Ohh, ini tiket, gue gak tau siapa yang ngirim," Irren memberikan tiket itu kepada Livia.

"Wah, gue juga dapet Ren, Aldo bilang ke gue katanya ini Ayahnya Aldo yang ngasih. Karena Ayahnya itu mau lihat teman perempuan yang dekat sama dia, jadinya dia beliin tiket ini buat kita berdua." jelas Livia yang tentu saja itu hanya kebohongan sematanya saja.

"Jadi DA itu nama ayahnya Aldo?"

Livia mengangguk, "Daniel Ardantana,"

Awalnya Irren tidak tertarik untuk pergi kesana, karena ia tau pasti disana tidak sekeren di Perancis. Meskipun ia belum pernah keluar negeri sama sekali.

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang