• Chapter Tiga Belas

2.3K 86 0
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

Di hari Minggu ini, Irren akan berniat untuk memberi tau semuanya kepada Arrel, Irren hanya bisa berharap kepada saudara kembarnya itu agar tidak bilang ke Arish, terutama Mama dan Papanya.

Arrel mengernyitkan keningnya ketika Irren memintanya ke kuburan. Ia bingung, kok ke kuburan.

"Maksudnya lo apa sih? Lo mau nakutin gue sampe akhirnya ngajak gue ke kuburan?"

"Liat aja nanti." jawab Irren dengan ketus.

Irren jalan di depan memandu Arrel. Tak lama kemudian, Irren langsung berjongkok di salah satu nisan bernama Drenando Sredigo Vreshyandion.

Lidah Arrel kelu, ia tidak dapat berbicara apa-apa lagi. Ia menyimpan banyak pertanyaan yang ingin di lontarkan kepada Irren, tapi sayangnya kalimat pertanyaan itu mampu ia keluarkan.

"Nan, maafin gue, gue baru bawa Arrel ke sini. Maafin gue juga karena Arrel baru tau semuanya."

Perlahan air mata Irren terjatuh di gundukan tanah.

Arrel mengelus punggung Irren, ia masih tidak mengerti.

"Jadi ini bener Drenan?" tanya Arrel secara perlahan.

"I-iya, lebih jelasnya nanti gue ceritain di mobil."

Arrel masih terkejut karena ia mengetahui orang yang ditunggu Mama dan Papanya telah tiada. Telah tiada untuk selama lamanya.

"Gue harap, lo jangan kasih tau ini semua ke Arish dan ke Mama sama Papa, terutama mereka, Mama dan Papa. Gue gak mau mereka kecewa karena gue udah sembunyiin hal ini dari kapan tau,"

Arrel mengangguk seraya tersenyum getir.

Irren dan Arrel masih menatap gundukan tanah dan nisan Drenan.

"Nan, andai aja lo masih disini, kembaran lo juga nyariin lo tau Nan, gue gak sanggup nahan semuanya. Gue tau kalau nanti gue kasih tau dia, soal lo udah gak ada, dia bakalan marah besar. Gue tau. Tapi ya gimana lagi, perlahan dia pasti bakalan tau."

Arrel malah semakin mengernyitkan keningnya.

Kembaran? Kembaran Drenan. Batin Arrel.

"Udah-udah, lo gak boleh sedih. Nanti kalau Drenan juga ikutan sedih gimana? Drenan gak mau kalau lo sedih, lo ingat kan apa yang dia bilang?" Irren mengangguk, "jangan sedih, lo itu cantik kalau senyum. Kalau sedih lo jelek" ucapnya mengikuti gaya berbicara Drenan saat Drenan masih ada.

Arrel tertawa renyah, "tuh kan masih ingat, yaudah sekarang senyum dong, jangan sedih." Arrel menghapus air mata di pipi Irren.

Arrel tersenyum. Ia merasa Irren tidak risih lagi seperti biasanya.

"Yaudah yuk pulang, Drenan pasti senang karena lo udah kesini ngajak gue." ucapan Arrel membuat Irren mengangguk.

°•°•°•°•°•°•°

Irren berada di mobil milik Rezla. Hari ini mereka akan berjalan-jalan.

"Mau kemana?" tanya Rezla memecahkan keheningan.

Satu detik...

Dua detik...

Lima detik..

Sepuluh detik kemudian...

Irren tidak menjawab. Ia melamun.

"Ren, lo gak apa-apa?"

Irren langsung membelalakkan matanya, mengedarkan pandangannya.

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang