• Chapter Dua Puluh Tujuh

1.5K 52 8
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

Satu hari menuju kepergian Irren ke Spanyol, dia merasa deg-degan. Takut akan sesuatu hal yang terjadi disana. Sebenarnya tidak ada hal yang perlu ditakutkan.

Mata tajamnya bisa membunuh orang yang ingin bertindak kejahatan kepadanya, jurus taekwondonya juga tidak bisa diragukan lagi. Irren melawan orang yang lebih jago daripada dirinya, alhasil orang itu terjatuh dan kalah.

Satu hari itu Irren gunakan untuk berkumpul bersama keluarganya. Padahal Irren hanya pergi paling tidak seminggu, tapi rasanya seperti ingin ditinggal disana selama beberapa tahun.

"Jalan-jalan yuk, hari ini kan hari terakhir Irren di sini." kata Raka ketika dirinya baru tiba di rumah.

"Mama setuju tuh, jarang-jarang kan kita makan diluar malem-malem." balas Maura.

Arrel, Arish dan Irren mereka diam saja.

"Diam berarti setuju ya, yaudah cepat mandi dan ganti baju ya setelah itu Papa tunggu di sini lagi, oke."

Arrel, Arish dan Irren serentak mengangguk patuh dan mereka segera menuju kamar mereka masing-masing.

Irren membersihkan diri lalu memakai baju yang menurutnya sedap di mata. Baju kemeja berwarna peach dengan celana jins dan dipadukan sneakers putih. Irren bergaya di depan cermin kamarnya.

Ketukan pintu membuatnya kaget, segera ia membukakan pintu itu. Dan ternyata disana ada Arrel dan Arish dengan wajah cemberut.

"Eh kalian kenapa?" tanya Irren setelah meminta Arrel dan Arish masuk.

Arrel dan Arish memeluk Irren. Arrel memeluk sisi kanan dan Arish memeluk sisi kiri tubuh Irren. Irren tersenyum. Ia hampir mengeluarkan air matanya, untung saja ia bisa menahannya.

Arrel dan Arish menangis dalam dekapan Irren.

"Ren, gue takut lo disana di lakuin dengan cara yang gak wajar." ujar Arrel

"Kenapa lo berpikiran kayak gitu Rel, gue disana gak sampai satu tahun kok. Lo jagain Arish ya, jangan biarin dia pulang malam." balas Irren

"Gue kesepian kalau gak ada lo Ren, gak ada teman curhat hubungan gue dan Nilla. Kalaupun Arish bisa gue ajak curhat, udah dari dulu gue curhat sama dia. Sayangnya dia jarang ada di rumah, dia udah kayak anak kuliah-an pulangnya malam terus."

"Kak, kakak jangan lama-lama ya. Dijamin deh, gue gak bakalan betah dirumah kalau kakak lama banget di sana. Mending gue tidur di rumah Om Deva biarpun rumahnya jauh seenggaknya gue punya teman lagi disana, ada Kak Neva sama Kak Veli. Mereka kayak kakak." Arish ikut-ikutan.

Air mata Irren tidak dapat dibendung lagi, kini ia menitikkan air matanya.

"Rish, lo dirumah jangan nakal-nakal. Dengar omongan Mama dan Papa jangan pernah ngebantah. Jangan pulang malam kalau gak ada kakak," Irren mengatur napasnya,

"lo juga Rel, jagain Arish. Ajain Arish kalau dia gak ngerti. Pokoknya selama gue di sana, lo harus jadi penganti gue sebagai kakak yang baik dan perhatian buat Arish."

Arrel mengangguk.

Mereka berdua melepaskan pelukannya, dan Irren menghapus air mata di kelopak mereka, "udah jangan nangis,"

"Arish, Arrel, Irren. Turun!" panggil Raka dari lantai bawah.

"Tuh, udah dipanggil Papa. Jangan nangis lagi ya," Irren mengelus punggung mereka.

Irren, Arish dan Arrel menginjakkan kaki mereka ditangga dan segera pergi bersama Raka dan Maura.

°•°•°•°•°•°•°

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang