Part 5: Tisu

4.3K 243 17
                                    

Lapangan tenis yang berada diantara gedung IPS dan gendung IPA terlihat ramai ketika bel istirahat baru saja berbunyi. Bukan. Bukan karna ada bazar underwear atau bazar pil PCC.

Tapi karna melihat sang pangeran SMA Nakula tengah menghadapi serangan maut dari si penyihir yang menjelma menjadi sosok waka kesiswaan. Pak Yoyo namanya. Disamping pak Yoyo berdiri dengan setia sang punggawa, alias Pak Juna selaku guru BP.

Kedua guru yang terkenal killer itu tengah menyidang salah tiga dari seluruh murid-murid bandel disekolah ini. Mereka adalah Angga, Dika, dan Bisma. Ya.. trio kubuk yang hobby bikin masalah sekaligus bikin naik darah.

"kalian pikir sekolah ini area balap, ha?!" bentak Pak Yoyo dengan suara menggelegar nan maha dashsyat hingga mampu membangunkan raja neptunus. Hehe.

Ketiga pemuda itu tampak santai menghadapi amukan si macan tidur. Bisma yang berkali-kali mengerjabkan matanya menghalau sinar matahari yang masuk ke mata. Pemuda itu dengan santai tetap dalam posisi istirahat seadanya, yang penting kedua tangannya dibelakang badan.

Sedangkan Dika, pemuda bernama lengkap Jerrico Dian Giliandika itu malah dengan santai dan tanpa permisi mengorek emas didalam hidung mancungnya. Bahkan tak segan pemuda tampan awut-awutan itu mengelapkan jari kelingking yang ia gunakan untuk menggali tambang ke celana abu-abunya.

Lain dengan Angga. Pemuda yang berdiri ditengah-tengah Bisma dan Dika, juga tepat dihadapan pak Yoyo malah berulang kali menyisir rambutnya ke belakang. Terkadang malah pemuda itu bersiul menggoda ketika melihat adik kelas yang lumayan bening lewat didepan mereka.

"Angga! Kamu dengerin bapak nggak?!" bentak pak Yoyo.

Angga lantas menoleh kearah pak Yoyo, pemuda itu memasang cengiran menjengkelkan diwajah tampannya. "denger kok pak, makanya kalo sekolah gak mau dijadiin area balap, harusnya sekolah ini nyediain lintasan balap sendiri dong pak."

Pak Juna yang sedari tadi sibuk menuliskan skor dibuku pelanggaran mereka bertiga kini mendongakkan kepalanya. "kalo gitu, minta orang tua kamu nyumbang dana yang gede buat bikin area balap." Kesal pak Juna.

"nah! Bener juga tuh! Minta sono Ngga!" dukung Dika mendorong bahu Angga kedepan.

"emang orang tua lo dimana Ngga?" tanya Bisma polos.

Angga melirik sinis kearah Bisma sambil mendengus kesal. "mati." Ketusnya.

"sudah! Kalian bapak hukum berdiri disini sampai jam istirahat kedua." Kata pak Yoyo tegas lantas melangkah meninggalkan mereka.

Mereka bertiga kompak memasang wajah memelasnya. "trus kepompong kita gimana pak?" tanya Bisma melas.

Pak Juna mengedikkan bahunya. "kepompong kalian bapak sita, lumayan buat mainan anak bapak di rumah." Kata pak Juna terkekeh kemudian mengikuti langkah pak Yoyo pergi dari lapangan.

"hoala taek!" pekik ketiganya bersamaan.

Ketiga pemuda itu langsung duduk diatas lapangan sambil meluruskan kaki panjang mereka yang pegal karna berdiri tadi.

"Seenaknya aja teacher jaman now, main sita-sita mainan orang trus dikasih anaknya. Dikira beli kagak pake duit apa? Dasar gak modal!" gerutu Angga.

Jika kalian bertanya apa hubungannya kepompong dengan mereka yang sedang dihukum karna menjadikan sekolah sebagai area balap. Jawabannya adalah tidak ada hubungannya, karna udah lama digantung dan terjebak friendzone.

Hehe

Kagak deng, ini yang bener. Mereka melakukan balapan ilegal disekolah, para pesertanya adalah tidak lain dan tidak bukan tiga ekor kepompong pelihaan mereka bertiga. Bukan kepompong kupu-kupu loh ya, ini kepompong yang punya kaki trus bisa ngerayap dipasir itu loh.

Sakura✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang