Entah sudah berapa puluh menit Vindy berdiri bersandar ditembok sambil memandangi Angga dan Dika yang tengah dihukum mencabuti gulma dihalaman belakang. Padahal para rumput liar itu kayak narkoba, mau diberantas kayak apa tetep aja numbuh lagi.
Sebenarnya memperhatikan kegiatan seseorang yang tengah dihukum itu tidak ada asyiknya sama sekali. Tapi entah kenapa, melihat Angga yang berbanjir peluh karna terpanggang dibawah matahari malah membuat Vindy sama sekali tak menghilangkan senyumnya.
"heh bangsat! Lo cabut yang sono noh!" perintah Angga menunjuk rumput rimbun yang berada dibelakang Dika.
Dika mengikuti arah tunjuk Angga langsung melempar pemuda itu dengan kerikil sedapatnya. "gila lo bangke! Lo aja sono!" balas Dika.
Angga malah melemparkan rumput yang baru saja dicabutnya kewajah Dika, membuat akar tanaman yang masih tertempel tanah itu mengotori wajah putih Dika. "bilang aja lo males!" ketusnya.
Merasa tak terima, Dika membalas dengan melemparkan cabutan rumput yang lebih besar. "biasa aja dong! Gak usah lempar-lempar kan bisa!" sungut Dika.
Mendapat perlakuan seperti itu Angga langsung berdiri dari posisi jongkoknya. "santai dong gak usah ngegas! Lo kira nih muka gue gak kotor?!" sengak Angga.
"lo yang gak bisa santai!"
"elo!"
"elo!"
"elo bangsat!"
"lo yang bangsat!"
"lo lebih bangsat!"
"lo paling bangsat!"
"adu bacot aja mulu."
Sindiran bersuara merdu itu lantas membuat keduanya menoleh. Rupanya Vindy jengah melihat tingkah mereka yang malah adu mulut, akhirnya gadis itu memutuskan untuk melangkah mendekat.
Gadis itu terkekeh melihat wajah kedua pemuda itu cemong karna terkena tanah. Tapi lebih lucu lagi melihat wajah Angga yang semula kesal dan sekarang tiba-tiba bermetamorfosa jadi senyum-senyum menggelikan saat melihat Vindy.
"kerjain yang bener, biar cepet kelar." Kata Vindy lalu berbalik hendak pergi, tapi langkahnya terhenti ketika merasakan sebuah tangan menggenggam lengannya pelan.
"nanti pulang sekolah jalan yuk." Ajak Angga.
Vindy membalik tubuhnya untuk kembali menghadap Angga. "lo kan bawa motor, ngapain ngajak jalan? Kayak gak punya kerjaan." Kata Vindy.
Angga mengusap wajahnya kasar. Sepertinya pemuda itu lupa bahwa tangannya kotor karna tanah, alhasil mukanya yang cemong kini jadi tambah cemong.
"maksud gue, kita jalan-jalan kemana gitu loh sayangku.. cintaku.. martabak manisku.." kata Angga gemas.
Kekehan manis kembali terdengar dari Vindy, tiba-tiba saja tangannya terulur mengusap dahi Angga yang banjir peluh membuat pemuda itu sedikit tersentak.
"iya."
Hanya jawaban iya singkat dan kemudian gadis itu langsung melangkah pergi meninggalkan kedua pemuda yang masih berdiri terdiam disana dengan ekspresi berbeda. Angga dengan wajah berbunga-bunganya, dan Dika dengan wajah jengahnya.
"lo yang lanjutin Ngga, udah gak mood gue!"
Kedua Angga melotot melihat Dika dengan seenaknya melimpahkan tugas kepadanya dan malah enak-enakkan bersantai dibawah pohon besar. Angga lantas melemparkan cabutan rumput yang sudah terkumpul kearah Dika.
"bangsat!"
***
"mau es krim yang?"
"gak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura✔️
Teen FictionVindy Azalea, gadis cantik yang memiliki sifat blak-blakkan, judes dan bodo amat yang warbyazah. Bagaimana jika gadis itu disatukan dengan seorang pemuda bernama Angga Abdi Valentino? Cowok berandal, begajulan, playboy cap bango, dan gak pernah bisa...