Part 21: Menyayangi

2.1K 140 2
                                    

Mohon Maaf Lahir Batin ya semua :)

Maaf atas ketergangguan update selama ini, happy reading :)

*** 


Udara malam yang dingin tak membuat Vindy menghentikan gerakan kakinya mendorong tanah agar ayunannya terus bergerak. Gadis cantik itu kini duduk disalah satu ayunan yang berada ditaman komplek.

"Tumben sendiri?"

Vindy menoleh kemudian tersenyum mendapati Dika berdiri disampingnya. "Gak sendiri. Kan sekarang ada lo."

Dika terkekeh, pemuda itu duduk diayunan dengan posisi menyamping agar bisa menghadap Vindy. "Kok lo sendirian? Abang-abang lo gak nemenin? Biasanya mereka gak bisa tuh ngebiarin lo keluar sendirian. Tipe-tipe abang possesif."

Kali ini Vindy yang terkekeh, manis. Membuat Dika tak kuasa menahan senyumnya juga. Bahkan ketika gadis itu menyelipkan helaian rambut pirang kebelakang telinga, Dika jadi terpesona walaupun untuk kesekian kalinya.

"Mereka lagi sibuk."

Sebelah alis Dika terangkat. "Ohya? Perasaan sesibuk apapun, abang-abang lo bakal tetep prioritasin lo."

Vindy menoleh, gadis itu tersenyum dengan jenis senyuman yang sangat sulit untuk diketahui maknanya. "Gue pengen sekali-kali mereka gak prioritasin gue. Mereka kan juga punya urusan, gak cuma buat ngurusin gue. Lagian gue cuma kesini, gak akan ilang atau nyasar."

Dika hanya bisa tersenyum memperhatikan gadis cantik yang menjadi tetangga sekaligus temannya sejak SMP itu. Dia cantik. Dika akui itu, bahkan saking cantiknya sampai Dika tidak mengalihkan tatapannya kearah manapun.

Teman SMP yang membuat Dika merasakan apa itu cinta pertama. Posisi gadis itu sama sekali tak tergantikan oleh siapapun, bahkan walaupun gadis itu sudah dimiliki orang lain saat ini. Dika tidak peduli.

Lagipula pemilik gadis itu malah dengan seenaknya bertingkah brengsek dengan menggebet gadis mana saja yang dia mau. Kalau saja pemuda itu bukan sahabatnya, Dika pasti sudah menghajarnya habis-habisan.

"Vindy.."

"Hm?"

Terdengar helaan nafas kasar dari Dika. "Lo gakpapa?"

Vindy menoleh dan malah memiringkan kepalanya sambil tersenyum. "Emang gue kenapa?"

Lagi. Dika menghembuskan nafasnya kasar. "Lo pasti udah tau soal murid baru itu. Lo udah tau kan kalo Angga deketin dia? Lo gak marah Vin?"

Vindy terdiam sejenak, kemudian mengalihkan pandangannya menatap langit malam tanpa bintang. "Udah biasa Dik."

"Gak bisa dibiarin dong Vin. Cowok lama-lama kalo dibebasin bakal makin ngelunjak. Ntar dia makin semena-mena sama lo."

Kali ini Vindy menoleh, menatap Dika dengan mata hijau nya. "Gue tau."

Dika mendengus. "Vindy, jangan kayak gini." Ucap Dika lembut. "Lo mungkin bisa ngomong bodoamat ke semua orang. Tapi gue Dika, Vin. Gue tau kalo lo sakit liat Angga kayak gitu. Gue yang gak terima dengan sikap dia yang brengsek."

Gadis berbola mata hijau itu terkekeh membuat matanya menyipit. "Lo sendiri juga brengsek Dik. Introspeksi dulu sebelum ngatain orang. Gue tau Angga brengsek, dan lo juga sama."

Ucapan Vindy membuat Dika terdiam. Pemuda itu seolah sedang memikirkan kearah mana sebenarnya ucapan Vindy barusan.

"Ini tentang Kiran?"

Kedua sudut bibir Vindy tertarik. "Bukan. Ini tentang lo."

"Vin, harus berapa kali gue bilang sama lo? Gue gak ada rasa sama temen lo itu. Kiran aja yang baperan sama gue. Lo sendiri tau, hati gue ini buat siapa sampe saat ini." Tatapan Dika berubah serius.

Sakura✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang