SMA Nakula memang salah satu dari sekian banyak SMA favorit yang memiliki fasilitas super lengkap. Selain guna menunjang pembelajaran, fasilitas lain disediakan pula untuk membuat para muridnya merasa nyaman.
Taman dibelakang SMA ini misalnya, dengan rumput hijau seperti karpet lembut yang terbentang, beberapa pohon besar yang rindang, sebuah air mancur dikelilingi bunga berada ditengah taman tersebut.
Tempat yang sangat nyaman untuk menyendiri atau merenungi sesuatu, bahkan tempat yang sering menjadi sumber inspirasi bagi beberapa murid untuk berimajinasi. Sungguh tempat yang sangat tepat untuk beristirahat.
Begitu pula dengan dua sejoli yang tengah duduk dibawah salah satu pohon yang ada disana. Seorang pemuda yang tampak memejamkan matanya, ia menyadarkan kepalanya diatas paha seorang gadis yang tengah mengusap kepalanya dengan gerakan pelan.
Terdengar tarikan nafas dan hembusan nafas yang panjang dari pemuda itu membuat si gadis menoleh kebawah.
"Udah reda marahnya?" tanya gadis itu.
Pemuda itu lantas membuka kedua matanya perlahan, sebuah senyum tampan terbit diwajah pemuda itu. "Udah kok, makasih ya." Katanya lembut.
Gadis yang tak lain adalah Vindy itu mengangguk kemudian melemparkan tatapannya kedepan. "Lain kali kalo marah, teriak aja didalem air. Gak usah pake acara berantem." Kata Vindy.
Angga mengangguk lalu mengulurkan tangannya menarik beberapa helai rambut Vindy kebelakang telinga. "Iya, tadi khilaf aja kok." Kata Angga.
"Kenapa sampe berantem segala?" tanya Vindy.
Wajah Angga berubah pias, tapi terlihat guratan kesedihan diwajahnya. "Dia ngehina gue. Dia juga bilang, lo mau jadi pacar gue karna gue gak punya orang tua. Bener Vin? Lo cuma kasian sama gue ya?" tanya Angga tak bisa menyembunyikan nada sedihnya.
Vindy menundukkan pandangannya menatap Angga. Dari wajahnya terlihat jika gadis itu kesal dengan pembahasan kali ini. "Mau bahas ini lagi?" tanyanya malas.
Angga menggeleng lalu menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Ia tidak mau membuat gadis itu kesal sekarang, karna yang Angga butuhkan adalah ketenangan gadis itu untuk turut menenangkannya juga.
"Makasih lo tadi hentiin gue." Ucap Angga tulus membuat Vindy mengangguk.
Ya.. ternyata seseorang yang telah menarik dan memeluk Angga adalah Vindy. Gadis itu sangat tau, Angga tidak akan berhenti memukul jika hanya dengan suara. Satu-satunya cara agar ia berhenti adalah memeluk pemuda itu.
Sedikit beresiko memang, tapi hanya itu yang bisa dilakukan. Tenang saja, selama ini belum pernah ada kejadian Angga tak sengaja memukul Vindy ketika melerai pemuda itu. Dan semoga saja tidak akan pernah terjadi.
"Vin, hari ini jadwal lo ngisi acara di cafe kan?" tanya Angga begitu mengingat jadwal gadis itu.
Vindy mengangguk.
"Nanti gue anterin ya, trus gue tungguin."
Vindy mengangguk lagi. "Biasanya juga gitu."
Kedua sudut bibir Angga tertarik, ia lantas mengangkat kepalanya dari paha Vindy lalu menatap gadis itu. "Gue sayang lo Vindy Azalea, makasih udah nenangin gue." Kata Angga mengusap sayang rambut panjang Vindy lalu mendekatkan wajahnya.
Cup!
Angga mendaratkan kecupan ringan dipipi kiri Vindy membuat Vindy menoleh. Dan tak disangka, Vindy turut menarik sudut bibirnya membentuk senyum tipis. Tak apa, meski hanya tipis namun Angga suka.
***
Meski bukan akhir pekan, cafe yang berada ditengah kota pasti selalu ramai setiap harinya. Cafe yang menyediakan fasilitas lengkap berupa live musik, free wifi, dan juga desain interior cafe yang benar-benar kekinian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura✔️
Teen FictionVindy Azalea, gadis cantik yang memiliki sifat blak-blakkan, judes dan bodo amat yang warbyazah. Bagaimana jika gadis itu disatukan dengan seorang pemuda bernama Angga Abdi Valentino? Cowok berandal, begajulan, playboy cap bango, dan gak pernah bisa...