Part 36: Juara Kedua

2.3K 146 22
                                    


Nggak nyangka udah 11k readers aja, kenapa kalian nggak bilang ha????? :')))))))))

Btw, ini alurnya cepet ya, karna yang masuk kesini cuma momen-momen penting

Oke sip!

****

Bisa dikatakan, study tour adalah nama kedok untuk piknik kelas. Apalagi untuk murid SMA sederajat, tentu agenda pikniknya beda dengan tujuh tahun lalu saat masih SD.

Pulau Dewata dengan segala keindahan dan budaya, nyatanya masih kurang ampuh untuk mempengaruhi generasi millenial. Seakan sudah mendarah daging bahwa, mengabadikan momen menjadi sebuah gambar di layar selebar 5 inci lebih berkesan daripada menikmatinya dengan kedua mata.

Ya. Memang apa yang diharapkan pada sekumpulan remaja tingkat akhir SMA? Tentu saja berlomba-lomba membuat postingan di akun sosial media masing-masing. Seolah agar seluruh dunia tahu dimana mereka berada sekarang.

Lupakan.

Tidak ada yang mau membaca hal-hal pro-kontra semacam itu.

Mari bahas mengenai agenda SMA Nakula yang tidak jauh beda dengan kegiatan-kegiatan SMA lain saat study tour.

Gathering.

Atau, secara mudah sebut saja sebagai pensi. Atau acara kecil-kecilan untuk merayakan malam terakhir mereka di Bali. Atau apalah terserah kalian.

"Heran deh gue, motivasi panitia bikin acara tengah malem tuh buat apa? Mau ngundang leak buat dijual ginjalnya?" Bisma berujar sarkas, seraya membenarkan rambutnya yang agak memanjang didepan cermin besar.

Dika masih sibuk mengikat tali sepatunya, enggan menanggapi. Atau bahkan sedang berfikir untuk melepas kembali sepatu itu dan melemparnya ke kepala Bisma yang hanya berjarak dua meter darinya.

Angga baru keluar dari kamar mandi dengan tangan menggosok rambutnya yang basah menggunakan handuk. Pemuda itu mengerutkan kening, merasa Bisma lebih cerewet dari biasanya. "Napa lo? Berisik banget kayak anak perawan."

Bisma mendengus, kemudian menggulingkan badannya diranjang membuat rambut yang tadi dirapikan jadi berantakan lagi. Dasar bodoh.

Pemuda itu merengek-rengek tak jelas.

Dika yang tadinya tak peduli jadi menoleh, kemudian memandang Angga. "Napa temen lo?"

"Sawan." Angga membalas acuh.

Keduanya berjengit kaget saat rengekan Bisma semakin kencang. Bahkan pemuda itu berguling heboh ke kanan dan kiri tak karuan.

Merasa tak tahan Dika bangkit dari duduknya, mendorong pantat Bisma dengan kaki panjangnya. "Lo kenapa sih, anjing?"

"Lagi dapet? Sakit perut? Minum kiranti sana." Celetuk Angga.

"Atau gue mintain pembalut?" Timpal Dika.

Bisma berhenti merengek, pemuda itu duduk di ranjang dengan kaki bersila. Sejenak Bisma melirik sinis kearah Angga dan Dika yang menyamakannya dengan perempuan. Kemudian pemuda itu menyodorkan layar hp nya yang gelap. Nggak dinyalain.

"Gue tuh kangen. Mau video call. Tapi jam segini pasti udah tidur."

Selanjutnya pemuda itu merengek lagi.

Angga dan Dika saling pandang, merasa heran pemuda seperti ini yang menjadi teman mereka.

"Emang kenapa sih? Lo kangen nyokap lo? Kan bisa besok." Dika berujar sewot.

Bisma makin memicing sinis. "Orang gak punya pacar kayak lo mana tau." Jawabnya tak kalah sewot.

Reflek Angga tersedak, dengan Dika disampingnya yang berjengit kaget.

Sakura✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang