Part 20: Bodo Amat!

2.2K 131 3
                                    

Berulang kali gerutuan manis meluncur dari mulut Vindy, tak lupa diiringi pula dengan berbagai umpatan kebun binatang yang begitu menggugah hati. Gadis berambut pirang itu mengusap keningnya yang berbanjir peluh karna terlalu lama berdiri diparkiran.

Hingga kedua mata hijaunya menangkap sesosok pemuda berjaket biru dongker tengah melangkah kearahnya dengan kerutan kening yang dalam. Sudah saja Vindy menyiapkan semprotan amarahnya untuk pemuda itu, tapi melihat raut Angga yang seperti sedang memikirkan sesuatu membuat ucapan lain keluar dari mulut Vindy.

"Ngapa lo? Melas amat tuh muka." Tanya Vindy sarkas.

Angga mendongak menatap Vindy, entahlah.. dari sorot matanya Vindy bisa melihat berbagai macam emosi didalamnya. Dan satu yang benar-benar mengganggu pikiran Vindy adalah, adanya rasa bersalah dalam tatapan itu.

"Kenapa lo?"

Angga menggeleng. "Abang lo dirumah gak yang?"

Sebelah alis Vindy terangkat, kemudian gadis itu menyilangkan kedua tangannya didepan dada sambil menatap Angga, mencoba memadukan antara pertanyaan dengan ekspresi Angga.

"Ada."

Yang lebih menarik lagi, Angga menggaruk belakang kepalanya sambil membuang pandangan kearah lain seolah menghindari kontak mata dengan Vindy.

"Nggg.. kalo jam segini masih pada sibuk gak sih?"

Kini kedua alis Vindy menyatu bingung. Tapi kemudian sebuah senyuman gadis itu terlukis tatkala melihat sosok lain yang berjalan kearah mereka dengan perlahan. Akhirnya Vindy mengerti sekarang.

"Yaudah gue minta jemput abang gue."

Kemudian gadis berbola mata hijau itu mengeluarkan ponsel dari saku rok abu-abunya. Tapi respon Vindy yang seperti itu malah membuat berbagai emosi disorot mata Angga semakin terlihat, dimana rasa bersalah lebih dominan disana.

"Yang—"

"Iya gue tau Ngga. Lo mau jalan sama gebetan lo yang baru kan? Tuh dia udah otw kesini." Potong Vindy santai.

Angga menoleh sesaat kebelakang, dimana seorang gadis berjarak beberapa meter darinya. Ia memberi isyarat agar gadis itu berhenti sebentar, kemudian kembali menghadap Vindy yang masih tersenyum.

Sungguh! Angga lebih baik melihat wajah kesal Vindy daripada senyum gadis itu yang terlihat misterius seperti sekarang. Dari dulu hingga sekarang Angga tak pernah bisa mengartikan maksud dari senyum itu.

"Yang—"

"Gue pergi dulu ya. Mau nunggu dihalte depan aja. Nunggu disini tuh gak enak, panas." Vindy segera melangkah meninggalkan Angga, tak peduli bagaimana respon pemuda itu sekarang.

"Lo gak mau marah, Yang?"

Pertanyaan Angga sukses saja membuat Vindy menghentikan langkahnya. Gadis itu berbalik dengan ekspresi berbeda, ekspresi yang lebih sulit untuk dimengerti. Hingga selang satu detik kemudian gadis itu terkekeh.

"Yang lo butuhin sekarang bukan gue Ngga, gue harus tau diri dong."

Setelahnya Vindy kembali melangkah keluar gerbang tanpa peduli Angga yang terdiam dengan respon gadis itu. Ada dua pemikiran yang tengah bergelut diotak Angga sekarang.

Dari kalimat Vindy barusan, mana yang lebih mungkin?

Vindy memang mengerti Angga sepenuhnya?

Atau...

Maksud Vindy adalah, Angga hanya datang padanya jika pemuda itu butuh?

***

Seharusnya Vindy sudah berguling ke kanan ke kiri diatas kasurnya yang ia sebut sebagai surga dunia. Seharusnya Vindy sudah santai-santai nonton film diatas sofa kamarnya sambil mencomoti cemilan yang dibuat Rendy.

Sakura✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang