Part 42: Sakura (End)

4.1K 164 108
                                    


⚠️
Banyak bahasa kasar yang nggak patut di contoh :)



***

Angin malam berhembus agak kencang malam ini. Tapi Angga tak menghiraukannya. Pemuda itu duduk tenang di kursi santai yang berada di balkon kamarnya. Jemarinya sibuk memetikkan senar-senar gitar di atas pangkuannya.

Tak ada lagu pasti yang terdengar dari alunan petikan gitar Angga. Hanya bunyi-bunyi nada kecil yang dipetik seadanya. Tidak indah. Tapi juga tidak buruk.

Cukup untuk didengar telinga.

Pandangan Angga kosong, menatap jauh kearah lampu jalanan ibukota yang masih ramai. Tentu saja. Ini masih jam dimana orang-orang baru pulang kerja.

Angga sendiri sedang dalam keadaan tak tahu harus berbuat apa. Wajahnya masih ada memar dibeberapa bagian. Begitu juga dengan punggungnya yang masih nyeri sesekali.

Sepanjang eksistensinya berkelahi, Angga tidak pernah merasakan dampak yang sebesar ini.

Iya.

Sebesar ini.

Sampai harus mengorbankan orang lain.

Ngomong-ngomong Angga tidak punya nyali untuk menampakan wajahnya di depan gadis itu lagi. Setelah apa yang Sandy katakan.

Angga bukan takut pada Sandy. Angga hanya merasa tak punya muka dihadapan Vindy. Gadis itu menyimpan lukanya sendiri selama ini. Dan Angga dengan bodohnya malah memperparah luka itu.

Self-harm ya?

Angga jadi teringat saat-saat gadis itu enggan melepas Hoodie yang menutupi lengannya. Mau sepanas apapun, Vindy bahkan tidak mau barang cuma menyingsing lengannya.

Gadis itu benar-benar menyembunyikan keadaanya dari siapapun.


"Sedih amat."

Mendengar suara itu Angga berdecak kesal, tanpa menoleh pun dia tahu siapa yang berbicara. Sejak sore tadi Bisma memang sudah rusuh di rumahnya. Pemuda itu memang se-tidak-punya-kerjaan itu.

Tanpa disuruh Bisma duduk di kursi santai yang satunya. "Kalo sayang, ya kejar."

Angga terdiam, agak melirik sebentar merasa pernah mendengar kalimat itu. Tapi pemuda itu enggan menanggapi lebih jauh, memilih tidak peduli.

Hening.

Angga hanya diam melamun memetik gitar ditangannya. Sementara Bisma sudah sibuk dengan ponselnya, mulai rusuh sendiri.

"Kok nggak dibales sih, masa masih ngambek?" Gerutu Bisma entah pada siapa.

Bola mata Angga hanya melirik sebentar. Enggan peduli banyak. Pemuda itu benar-benar tidak dalam mood yang baik.

Tapi sepertinya Bisma tidak mengerti itu.

Pemuda itu kembali berisik, entah merutuk pada siapa dan karena apa. Tapi Bisma berkali-kali merengek-rengek tidak jelas dengan suara dibuat-buat.

Lama-lama Angga jengkel juga.

Angga berdecak kesal, menendang kecil ujung kaki Bisma. "Ngapain sih lo, anjing?!"

Sakura✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang