"gila! Pak Okta niat amat bikin gue frustasi! Kalo gini caranya bisa step gue!"
Sudah enam kali gerutuan yang sama keluar meluncur mulus dari mulut Kiran. Gadis cantik berdarah jawa itu baru saja menjadi bahan tertawaan satu kelas lantaran tidak bisa menjawab satupun soal matematika yang diberikan pak Okta.
"mau ngeluh ampe doraemon jadi muallaf juga gak guna Ran." Balas Vindy santai sambil meminum es teh nya.
Tak lama kemudian Shira datang membawa nampan berisi 3 mangkuk bakso lalu meletakkannya dimeja. "ngapa lo? Masih mikirin trigonometri? Gak usah dipikirin, si tri-nya aja gak mikirn elo." tanya Shira ketika dirinya sudah duduk disamping Vindy.
Kiran mengangkat kepalanya menatap sahabat-sahabatnya melas, rambut panjangnya yang berantakan menambah kesan melas diwajahnya. "gue tuh heran, dari sekian banyak murid yang gak paham sama mati-matian, kenapa Cuma gue yang diapalin?" rengeknya entah pada siapa.
Vindy dan Shira saling menukar pandangan sambil menaikkan kedua alisnya.
"mungkin karna lo yang paling kinclong diantara kita." Celetuk Shira.
Kedua mata Kiran menyipit kearah Shira yang malah santai memasukan bakso kedalam mulutnya. "gue tau maksud kalimat lo barusan itu gue gak se-putih kalian." Sinis Kiran.
"emang." Jawab Vindy dan Shira bersamaan.
Kiran memang memiliki kulit paling gelap diantara kedua sahabatnya. Bukan. Bukan karna kulitnya item, tapi emang karna kulit Shira dan Vindy yang kelewat putih kayak rendeman so klin.
Gimana gak putih?
Shira, Ashira Mainaka. Cewek itu blasteran jepang-indonesia, bapaknya jepang dan emaknya indonesia. Kalo Vindy, dia blasteran bapaknya korea-jerman sama emaknya thailand-inggris. Jadi jangan heran kalo matanya hijau dan kulitnya super duper putih.
"bangsat!"
Vindy langsung melotot mendengar makiannya digunakan oleh Kiran, tangannya lantas mengetuk kepala Kiran. "bangsat itu kata-kata gue, jangan plagiat dong." Protes Vindy.
Kiran memutar bola matanya malas. "gak ada hak miliknya."
"tanpa hak milik juga dia tau milik siapa." Celetuk Shira.
"dia siapa nih yang kita bicarain?" sahut Vindy.
"dia yang selalu kita bahas disetiap pembahasan kita tanpa dia tau bahwa dia sedang dibahas dalam bahasan apapun. Bahkan ketika bahasan itu mengenai sesuatu yang belum jelas hingga sekarang dan butuh kejelasan yang sejelas-jelasnya." Kata Kiran.
"lah? Baper nih anak." Kata Shira.
"tiga kali puasa tiga kali lebaran masih belum ada kejelasan?" tanya Vindy lebih pada sebuah ledekan sebenarnya.
Kiran menarik kedua sudut bibirnya kebawah memasang ekspresi emoticon sedih. "gimana ada kejelasan, obrolan kita isinya Cuma bercanda. Setiap gue nanyain kejelasan, dia jawabnya bercandaan. Sampe lebah hachi ketemu emaknya juga gak bakal jelas kek bapaknya kaleng kong guan." Curhat Kiran.
"tapi dia pernah bilang suka kan sama lo?" tanya Shira.
Kiran mengangguk. "iya, tapi dia Cuma bercanda doang, kalian tau gak empat kata yang paling bikin nyesek?"
Spontan mereka berdua menggeleng, entah kenapa sebenarnya mereka malas meladeni pertanyaan Kiran tapi sepertinya jiwa persahabatan mereka yang memerintah otak untuk menggeleng menuruti ucapan Kiran.
"that's just his jokes. Huaaa!"
Mereka berdua langsung panik ketika mendengar Kiran menangis dengan suara merengek seperti anak kecil. Spontan mereka berdiri dan duduk dikedua sisi Kiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura✔️
Teen FictionVindy Azalea, gadis cantik yang memiliki sifat blak-blakkan, judes dan bodo amat yang warbyazah. Bagaimana jika gadis itu disatukan dengan seorang pemuda bernama Angga Abdi Valentino? Cowok berandal, begajulan, playboy cap bango, dan gak pernah bisa...