Kelas XII IPA 1 tengah dihebohkan karna adanya pembatalan ulangan oleh guru Kimia. Tentu saja berita baik nan berfaedah ini membuat para murid yang enggan berpusing-pusing ria dengan deretan unsur kimia langsung sujud syukur.
Kiran langsung memutar kursinya untuk menghadap Shira yang duduk dibelakangnya. "Vindy gak masuk kenapa ya?" tanya Kiran.
Shira memutar bola matanya malas. "Bukannya ada surat dokternya? Ya berarti dia sakit lah." Jawab Shira ketus. Bahkan gadis itu tak menahan nada suaranya agar tidak terlalu tinggi.
Kening Kiran sontak saja langsung berkerut heran. "Kok lo sewot gitu? Gue kan cuma nanya aja. Kali aja kan lo tau Vindy sakit kenapa." Kata Kiran.
Brakk!
Tiba-tiba saja Shira berdiri dan menggebrak meja dengan cukup keras membuat seluruh penghuni kelas menoleh kearahnya. Bahkan Lucky yang terkesan cuek pada setiap keadaan kelas juga ikut menoleh.
Kedua mata Shira menyorot tak suka kearah Kiran. "Kenapa sih lo nanyain dia mulu ke gua?! Segitu pentingnya ya sampe semua orang harus tau tuh cewek kenapa?! Gue muak tau gak?! Muak!" bentak Shira.
"Asal lo tau Ran! Tanpa lo peduliin dia sekalipun, masih banyak orang lain yang peduli sama dia! Banyak Ran! Banyak! Lo itu cuma sebagian kecil yang peduli sama cewek itu!!" bentak Shira lagi.
"Shira, lo kenapa sih?" tanya Kiran bingung.
Shira mengusap wajahnya kasar. "Denger ya Kiran! Suatu saat lo bakal tau gimana rasanya jadi gue sekarang! Lo bakal tau kalo semua yang lo punya diambil sama orang yang sama! Lo bakal ngelakuin hal yang sama kayak gue!"
Sontak saja itu membuat seisi kelas terbungkam, mereka sama sekali tak mengerti apa yang dimaksud oleh Shira. Tapi satu yang pasti, gadis itu tengah meluapkan apa yang ia pendam entah berapa lama. Kiran sendiri sampai bingung harus bagaimana menghadapi sahabatnya yang meledak-ledak itu.
Shira sempat mengedarkan pandangannya keseluruh kelas dan berhenti disepasang mata elang yang menatapnya tajam. Hingga kemudian Shira menghembuskan nafasnya kasar dan memilih pergi keluar kelas.
***
Ashira Mainaka Yorshe, gadis cantik blasteran Jepang Indonesia itu memang memiliki paras yang cantik. Gadis yang sering disapa Shira, memang tak banyak yang tahu tentang kehidupan gadis itu.
Jika ditanya mengenai tempat tinggal dan juga keluarganya, gadis bernama Shira itu akan tersenyum manis sambil mengalihkan pembicaraan. Alhasil tak satupun yang mengenal gadis itu mengetahui seluk beluk keluarganya.
Shira menghembuskan nafasnya kasar ketika langkah kakinya berhenti disebuah kamar apartemen dengan nomor 4104. Jika boleh memilih, Shira ingin pergi dari tempat itu sebenarnya. Pergi sejauh mungkin.
Ceklek!
Pintu dihadapan Shira tiba-tiba saja terbuka menampilkan seorang pemuda tampan dengan pakaian harian. Pemuda itu menatap tajam Shira yang hanya berani menunduk, ia langsung menarik tangan Shira masuk kedalam apartemen dengan kasar.
Pemuda itu menghempaskan tangan Shira kasar ketika mereka telah masuk kedalam apartemen. Kedua mata elangnya langsung menatap tajam menusuk kearah Shira yang masih belum berani menatapnya balik.
"Lo tadi kemana ha?!" bentak pemuda itu.
Kedua bibir Shira masih setia tertutup, gadis itu hanya menunduk menatap kedua tangannya yang saling bertautan. Dengan kasar pemuda itu menarik bahu Shira kemudian menghempaskannya ke dinding membuat punggung Shira langsung nyeri.
"Dan apa lo bilang tadi? Lo muak?! Lo muak karna semua orang lebih mentingin Vindy daripada lo?! Iya?!" bentak pemuda itu lagi.
Setetes air mata keluar dari mata Shira, tak menunggu lama untuk tetesan berikutnya. Tapi rupanya air mata itu malah membuat pemuda itu geram, ia mencengkram kuat lengan Shira tak peduli jika ia menyakiti gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura✔️
Teen FictionVindy Azalea, gadis cantik yang memiliki sifat blak-blakkan, judes dan bodo amat yang warbyazah. Bagaimana jika gadis itu disatukan dengan seorang pemuda bernama Angga Abdi Valentino? Cowok berandal, begajulan, playboy cap bango, dan gak pernah bisa...