Part 19: 14 November, Sesuatu Tak Terduga

2.4K 139 3
                                    

"Nih gara-gara spesies manusia biadab macam elo nih Bis!"

"Enak aja! Denger ya Jerrico! Gue juga gak bakal teriak kalo otak lo masih berfungsi normal buat mahamin kode gue!"

"Lo kira gue scanner barcode? Gue bukan anak pramuka yang paham kode-kodean, goblok! Kira-kira dong lo!"

Gerutuan Dika serta balasan makian dari Bisma mewarnai perjalanan mereka menuju kelas. Mereka bertiga baru saja menyelesaikan hukuman untuk membersihkan gudang olahraga.

"Lo kenapa sih Ngga? Diem aja dari tadi. Lo sariawan?" tanya Bisma melihat Angga diam saja dari tadi.

Bahkan pemuda bernama lengkap Reybisma Ziko Arzelio itu nekat mengecek mulut Angga seolah dokter pemeriksaan.

"Apaan sih?!" ketus Angga menjauhkan tangan Bisma.

Bisma mengerucutkan bibirnya lalu menyenggol lengan Dika yang berjalan disampingnya. "Eh Jerk, nih si Angga ngapa sensi amat sih?"

Dika melotot mendengar panggilan dari Bisma, lengannya langsung terulur mengapit leher pemuda bernama Bisma itu. "Lo gak ada panggilan yang lebih ganteng gitu? Ya kali lo panggil gue Jerk?!"

"Lah? Nama lo kan emang Jerk, Jerrico Dian Giliandika. Lagian kok bisa dipanggil Dika sih? Bagusan gue panggil Jerk, lebih cocok sama tabiat lo yang emang brengsek." Kata Bisma membela diri.

Lantas saja Dika mengeratkan apitan lengannya dileher Bisma membuat pemuda itu menjerit kesakitan. "Mati lo! Mati Bismo!"

Angga hanya berdecak malas melihat tingkah polah kedua sahabatnya, pemuda itu memilih diam dan membiarkan mereka pada dunia saling memaki.

"Ngga! Ngga!" panggil Bisma panik. Bahkan pemuda itu menepuk-nepuk punggung Angga dengan sangat keras.

"Paan sih?!" ketus Angga.

Dengan gemas, Dika meraup wajah Angga menggunakan tangan kanannya dan mengarahkan pada hal yang ingin ditunjukkan Bisma. "Liat noh! Ngapain Vindy ke ruang kepala sekolah?"

Kening Angga berkerut, apalagi melihat seorang gadis berambut pirang yang menggunakan tas biru sedang mengobrol dengan kepala sekolah. Gadis itu memunggungi mereka membuat yang terlihat hanya rambut pirang panjang terurai sampai punggung.

"Perasaan tadi Vindy udah di kelas deh."

Gumaman Bisma membuat lamunan Angga yang terfokus pada gadis tadi buyar. Pemuda itu menoleh kearah teman-temannya bingung ketika melihat gadis itu sudah masuk ke dalam ruang kepala sekolah.

"Vindy mau ngapain ke ruang kepsek, Ngga?" tanya Dika.

Angga mengedikkan bahunya. "Tapi kok kayak ada yang aneh ya. Gue ngerasa ada yang ngeganjel tapi gue gak tau apa. Menurut lo berdua apa?"

Sepertinya Angga salah menggunakan pilihan kata, karna yang terjadi bukan jawaban yang Angga terima, melainkan pelototan kedua sahabat gesreknya itu.

"Ganjel Ngga?! Wah perlu sabun tuh." Celetuk Dika.

Bisma menepuk bahu Angga dramatis. "Terangkan dirimu nak. Pikiranmu perlu dibersihkan dari segala macam kotoran dari Dika."

"Lah kok gue?!" protes Dika tak terima.

"Karna lo yang paling brengsek diantara kita bertiga." Jawab Bisma santai.

Entah karna gemas atau kesal, Dika mengapit leher Bisma menggunakan lengannya. "Lo mau langsung gue bikin mati apa sekarat dulu? Tinggal pilih nih." Kesal Dika.

"Gue pilih disayang aja dulu." Kata Bisma nyeleneh.

Dika semakin mengeratkan apitan lengannya. "Mati lo Bismo!"

Sakura✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang