****
14 Oktober, Kediaman Keluarga Jivan.
04.35 WIB
Vandy memarkirkan mobilnya sembarangan di halaman. Saat pemuda itu keluar dari mobil, terlihat mobil hitam masuk ke dalam pekarangan dengan tak kalah terburu-buru juga. Terlihat jelas mobil itu menyenggol sebuah pot kecil disana.
Tanpa berbasa-basi, Vandy langsung berlari memasuki rumah tanpa menunggu pemuda tadi.
Bodoh. Bodoh. Bodoh.
Kenapa dirinya bisa lupa dengan hari ini?
Kedua pemuda itu langsung berlari menaiki tangga, tidak peduli suara hentakan kaki mereka membangunkan penghuni rumah di subuh hari. Mereka berhenti didepan pintu kamar Vindy, mencoba mengetuk berkali-kali namun tak ada jawaban.
"DOBRAK AJA GOBLOK! LAMA LO NJING!" Sandy mengumpat tak sabar.
Vandy mendengus dengan wajah pucatnya, tapi pemuda itu mengambil ancang-ancang mundur lalu mendobrak pintu kamar Vindy.
Dua bersaudara itu langsung masuk dan mencari sang empunya kamar. Hingga kemudian Vandy membuka pintu kamar mandi. Kedua pemuda itu mencelos seketika.
Vindy sudah tak sadarkan diri didalam bath up dengan air shower yang menyala. Kedua lengannya penuh luka sayatan dengan darah yang masih mengalir.
Tak menunggu lagi, Vandy langsung mengangkat tubuh Vindy dan membawanya ke rumah sakit dengan Sandy yang menyopir.
****
14 Desember, Panti asuhan 'rumah bintang', 13 tahun yang lalu
Vandy terus memperhatikan gerak-gerik adiknya. Sejak kejadian mengenaskan yang menimpa kakak sulungnya, pemuda kecil itu jadi lebih protektif pada sang adik. Vandy sudah kehilangan satu saudaranya, dia tidak mau terulang lagi.
Randy Abiano Jivan.
Meninggal di usianya yang baru menginjak 10 tahun, akibat perampokan yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Hei.. kamu tau nggak kenapa Mama sama Papa sering bawa kita kesini?" Tanya Sandy yang duduk disebelah Vandy.
Pemuda kecil itu mengedikkan bahu, "sebenernya Mama cuma bawa aku sama Alea, kenapa kamu ngikut kayak anak ayam?" Balas Vandy. Memang bakat adu mulut mereka sudah terlihat dari kecil.
Sandy mengerucutkan bibirnya, "kamu nggak sopan ya, aku lebih tua loh. Lagian cuma Alea yang diajak kesini, kamu juga ngintilin dia." Kata Sandy sewot.
Saat kecil, mereka terbiasa dipanggil dengan nama tengah. Karna memang sebenarnya tradisi keluarga seperti itu. Alea dari Azalea. Adian dari Ardelano. Afian dari Arfiano.
Vandy baru akan membalas lagi saat telinganya menangkap suara tangis Vindy. Pemuda kecil itu langsung berlari mencari sumber suara. Begitu pula dengan Sandy dan beberapa orang dewasa yang mendengar jeritan tangis gadis kecil itu.
Terlihat seorang bocah laki-laki mencoba menenangkan Vindy yang menangis kencang. Bocah itu terlihat lebih dewasa dari Sandy. Sesekali dia menepuk pelan punggung Vindy yang masih memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura✔️
Teen FictionVindy Azalea, gadis cantik yang memiliki sifat blak-blakkan, judes dan bodo amat yang warbyazah. Bagaimana jika gadis itu disatukan dengan seorang pemuda bernama Angga Abdi Valentino? Cowok berandal, begajulan, playboy cap bango, dan gak pernah bisa...