mau apdet dari tadi pagi tapi gak bisa di buka apps watpadnya
huhuhu
aku marah :(
***
Dika tengah santai mencomot bakwan jagung yang dipesannya sambil mengecek sosial media---yang entah sejak kapan terakhir kali dilihatnya---saat Angga tiba-tiba datang dan menyusruk begitu saja bangku didepannya.
Dika sedikit menendang kursi yang baru saja Angga duduki. "Ngapa lo? Kusut amat tuh muka kayak sempak spiderman didasar lemari gue."
Angga menaikkan sebelah alisnya, sedikit mendekatkan tubuhnya ke meja. "Kok gue baru tau lo punya sempak spiderman? Kalo tau kan gue bisa minjem, onta!"
Dika melemparkan gumpalan tisu---yang tadi dia gunakan untuk mengelap saus berceceran diatas meja---kearah Angga. "Itu sempak gue jaman SD, goblok! Lo mau macem bocah ingusan maen ujian yang minta disrempang batako?"
"Gue kira punya lo pas gede, gue kan belom punya tuh boxer saya yang jaman bajunya jadi item." Sahut Angga.
Dika hanya memutar bola matanya malas, enggan menanggapi ucapan Angga lebih jauh. Pemuda itu lebih memilih mempertanyakan pertanyaan nya tadi.
"Darimana lo? Tumben langsung ngilang macem temen ditagih utang."
"Abis dari kantin IPA gue."
Sontak Dika menghentikan gerakannya mencomot bakwan jagungnya lagi. "Ngapain? Bukannya gebetan lo ada di jelas yang sama kayak lo? Atau lo berniat nyari gebetan baru? Serakah amat!"
Angga tidak menutup telinga untuk menemukan nada sinis dikalimat yang diucapkan Dika. Tapi Angga lebih memilih menutup logikanya yang mengatakan bahwa dia harus tersinggung atas ucapan Dika barusan.
"Bukan." Angga menghembuskan nafasnya singkat. "Gue abis nyari Vindy. Tapi baru sampe kantin, kata anak lain Vindy nya baru aja keluar dari kantin. Gue jadi berasa syuting sinetron buat channel bandeng terbang deh."
Bukan ucapan nyleneh Angga yang mengatakan salah satu stasiun TV tahun baheula yang menjadi fokus pikiran Dika. Pemuda itu lebih tertuju pada kalimat pertama Angga yang membuatnya mengerutkan kening.
"Ngapa lo nyari Vindy? Bosen sama si Chacha Maricha He He?" Sinis Dika.
Angga menghembuskan nafasnya kasar, mencoba sabar menghadapi Dika yang secara gak langsung mencoba mengibarkan bendera perang. Yang entah kenapa benderanya selalu ber-njundet ria dengan tapi tambang, alhasil bendera selalu gagal dikibarkan.
Udah lupakan.
"Gue berusaha meluruskan sesuatu sama dia. Lagian minggu depan gue ulang tahun."
Dika menaikkan sebelas alisnya. "Apa hubungannya ngelurusin sesuatu yang gue yakin udah berjubel macem kabel earphone keluar kantong, sama ulang tahun lo yang gak lebih penting dari sunatan anak Presiden?"
Wajah Angga terlihat datar. "Dik, ngelurusin kabel earphone gak sesusah menjabarkan kenapa musuh Naruto yang awalnya gue kira Orochimaru, ternyata malah Mami Kaguya. Dan perlu gue ingetin lagi, anak-anak Pak Presiden udah pada disunat sebelum bapaknya jadi presiden. Jangan bikin gue tambah mikir deh."
"Oke-oke. Jadi maksud lo gimana? Kenapa lo baru nyambangin Vindy saat lo mau ulang tahun? Ini bukan pertanda kalo tahun ini bakal jadi terakhir kali lo ngerayain ulang tahun kan?" Tanya Dika curiga.
Ekspresi datar Angga ditambah dengusan sinis. "Lo nyumpahin gue mati sebelum gue berhasil membuka misteri kenapa indomie bikinan warkop lebih enak daripada bikinan sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura✔️
Teen FictionVindy Azalea, gadis cantik yang memiliki sifat blak-blakkan, judes dan bodo amat yang warbyazah. Bagaimana jika gadis itu disatukan dengan seorang pemuda bernama Angga Abdi Valentino? Cowok berandal, begajulan, playboy cap bango, dan gak pernah bisa...