Bel istirahat memang belum berbunyi, mengingat bel pergantian jam ke empat baru saja berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Tapi sepertinya mau bel ataupun tidak, hal itu sama sekali tak berpengaruh pada tiga pemuda yang tengah asik nongkrong dikantin.
Ketiga pemuda yang tak lain adalah Angga, Dika, dan juga Bisma malah dengan santai menghisap sebatang rokok ditangan mereka masing-masing. Eh gak mereka deng, cuma Dika sama Angga yang ngerokok. Bisma enggak, karna takut tercyduk sama waka kesiswaan dan dia juga sayang mama.
"ntar malem ada balapan Ngga, lo jadi ikut?" tanya Dika.
Angga yang tadinya asik mengeluarkan asap rokok dari mulutnya dalam bentuk bulatan kini menoleh. Pemuda itu sempat berpikir sejenak lalu mengangguk. "ya gue ikut lah, sayang kalo dilewatin." Jawabnya.
"gimana balapannya? Kan kepompongnya disita pak Juna?" tanya Bisma dengan polos.
Dika dan Angga saling melempar tatapan malasnya satu sama lain kemudian beralih pada Bisma yang masih menunggu jawaban dengan wajah polos minta ditabok. Sebenarnya mereka bingung, otak Bisma itu terbuat dari apa?
Angga mengedikkan dagunya kearah Bisma. "lo jelasin deh Dik, males gue ama nih curut." Kata Angga lalu kembali menghisap rokoknya.
Dika berdehem sejenak lantas menatap Bisma lekat-lekat. "gini loh Bisma ku sayang, ini balapan beneran dan bukan lagi balapan kepompong. Ini balapan beneran pake motor bukan odong-odong." Jelas Dika sabar, padahal hatinya dongkol pengen lempar Bisma dari lantai atas.
Bisma mengangguk-anggukan kepalanya sambil ber-oh ria, tapi ketika sadar apa yang dikatakan Dika pemuda itu langsung membulatkan matanya. "LO MAU BALAPAN NGGA?!!" pekik Bisma.
Mereka berdua langsung melotot, bahkan Dika langsung membuang puntung rokoknya dan menggunakan tangannya untuk membungkam mulut Bisma. Sementara Angga hanya melemparkan tatapan tajamnya ke Bisma.
"lo boleh gak punya otak, tapi seenggaknya punya mulut dikasih rem." Geram Dika.
Dika baru melepaskan bekapan tangannya dari mulut Bisma setelah pemuda itu menepuk berkali-kali punggung tangannya dengan panik. Sepertinya Bisma dibuat kehabisan nafas karna Dika menutup semua jalur oksigen agar tidak bisa masuk, jadilah sekarang pemuda itu terengah-engah.
Pletak!
Dengan sangat tak berperikemanusiaan, Bisma menjitak kepala Dika sambil melotot. "lo mau bunuh gue ha?!" sungut Bisma. Sedangkan Dika malah mengusap-usap kepalanya sambil terkekeh.
Bisma mengalihkan pandangannya pada Angga yang masih santai menghisap rokoknya. "emang Vindy bakal bolehin elo Ngga? Waktu itu aja dia ngamuk liat muka lo bonyok abis balapan." Tanya Bisma.
Mendengar pertanyaan Bisma sontak pikiran Angga melayang pada kejadian beberapa waktu lalu ketika dirinya babak belur karna tawuran setelah balapan. Ya.. gadis itu langsung mencak-mencak begitu melihat wajah Angga yang hancur.
Mengingat hal itu malah membuat Angga terkekeh, ia ingat jelas bagaimana wajah putih pacarnya itu merah menahan kesal saat mengobati dirinya. Bagaimana bibir mungil kekasihnya itu terus mengomel tiada henti sampai kupingnya panas. Bahkan omelannya selalu dengan nada galak. Benar-benar menggemaskan.
Plak!
Sebuah tamparan dipipi membuat lamunan Angga buyar, ia langsung menatap tajam kearah Bisma yang menjadi tersangka utama. Tapi Bisma malah memasang wajah menantang.
"apa lo melotot ke gua?! Dikira gue gak bisa?" sungut Bisma seraya melotot kearah Angga.
"apa sih? Nyolot banget lo." Balas Angga sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura✔️
Teen FictionVindy Azalea, gadis cantik yang memiliki sifat blak-blakkan, judes dan bodo amat yang warbyazah. Bagaimana jika gadis itu disatukan dengan seorang pemuda bernama Angga Abdi Valentino? Cowok berandal, begajulan, playboy cap bango, dan gak pernah bisa...