Aku tidak ingat kapan persisnya perasaan ini muncul. Aku baru menyadarinya saat aku duduk di kelas satu SMA. Raihan jatuh sakit. Ia terkapar di rumah sakit selama lima hari. Mama dan Dhika bergantian menungguinya di sana. Sementara aku hanya di rumah, disuruh membereskan rumah selama mama sibuk mengurus Raihan di rumah sakit. Lima hari Raihan menginap di rumah sakit, lima hari aku tidak bisa tidur, lima hari aku tidak nafsu makan, gelisah memikirkan Raihan. Menurut mama dan Dhika, Raihan melarangku menjenguk, aku tidak tahu kenapa.
Saat aku melihatnya pulang, aku langsung menghambur ke arahnya, memeluknya erat-erat. Syukurlah Raihan baik-baik saja, aku lega sekali. Aku merindukannya. Padahal hanya lima hari aku tidak melihat wajahnya, tapi rasanya seperti setahun. Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku.
"Eh, ada apa ini?" Raihan tertawa pelan. Suaranya terdengar agak lemah. Tangannya membelai kepalaku lembut.
Aku baru melepaskan pelukanku saat mama menyusul masuk ke rumah. Matanya mendelik sebal padaku, menyuruhku mengambil air untuk Raihan.
"Tidak perlu, kok, Ma. Iyan belum haus."
Tapi aku tetap pergi ke dapur, membuatkan teh manis dan mengantarkannya ke kamar Raihan. Aku bertanya apa yang dibutuhkannya, Raihan hanya menggeleng. Aku juga sempat bertanya kenapa aku tidak diperbolehkan menjenguk.
Raihan bilang, "Tidak ada alasan khusus, A Iyan hanya tidak ingin merepotkan Karla."
Aku tidak mengerti, sejak kapan menjenguk orang sakit itu merepotkan. Tapi aku diam saja, tidak bertanya lebih lanjut.
Sejak saat itu aku jadi sering memperhatikan Raihan, berdebar-debar setiap kali menatap matanya. Aku berusaha lebih keras untuk tidak merepotkannya, selalu mematuhi perkataannya. Aku tidak bodoh, aku bukan gadis lugu yang tidak memahami hatiku sendiri. Sudah banyak film kutonton, puluhan komik dan ratusan novel kubaca, sebagian besarnya kisah romantis. Aku tahu aku telah jatuh hati padanya, entah sejak kapan. Dan perasaan ini semakin lama semakin membesar. Seperti tanaman yang tumbuh subur karena diberi pupuk, tumbuh semakin tinggi, semakin besar, dan berbuah lebat. Sayangnya, buahnya sama sekali tidak enak, tidak ada manis-manisnya.
Terima kasih sudah membaca.
Leave some comment, please. Vote dan share juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karla
RomanceWarning! 18+ Tolong, pilihlah bacaan dengan bijak Part 33, 35, dan beberapa part berikutnya mungkin akan ada yang di-private. Silakan follow dulu. Bagaimana jika orang yang kamu cintai memintamu untuk menikah? Bukan, bukan dengannya, jangan senang d...