37. Ethan

3.5K 154 11
                                    

Ethan berangkat pagi sekali hari ini. Aku pikir ia akan beristirahat setelah perjalanan jauh. Lagipula ini hari Jumat. Ia bisa mulai bekerja hari Senin nanti. Tapi Ethan bilang, "Banyak pekerjaan menanti setelah ditinggal selama tiga minggu."

Aku menyiapkan susu dan roti sandwich setelah memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Ethan hanya membawa oleh-oleh pakaian kotor. Aku merasa kecewa. Kupikir ia akan membawakan sesuatu yang istimewa untukku.

Ethan makan dan minum sebentar, lalu langsung pergi tanpa memandangku sama sekali. Ia hanya mengucapkan salam sambil lalu. Aku memandangi punggungnya dengan perasaan kecewa. Aku masih ingin bersamanya. Aku bahkan berencana untuk bolos kuliah lagi jika perlu.

Aku menghabiskan makananku dan naik ke kamar. Lalu mandi dan berangkat ke kampus. Aku juga ada kuliah pagi ini.

*****

Kuliahku selesai pukul tiga sore. Masih terlalu cepat untuk pulang ke rumah, jadi aku memutuskan untuk menghampiri Ethan di kantornya. Mungkin kami bisa makan malam bersama nanti.

Aku baru memegang handle pintu, pintunya sudah terbuka sendiri. Ethan muncul dari balik pintu, ia tampak terkejut melihatku. Ethan lalu membuka pintu lebih lebar dan menahannya untukku. Setelah aku masuk, Ethan keluar.

Sepertinya Ethan akan lama. Aku duduk di sofa dan mengeluarkan novel yang belum selesai kubaca. Belum genap dua halaman membaca, Ethan kembali sambil membawa setumpuk dokumen. Ia duduk di kursinya dan mulai membaca dokumen tersebut satu per satu. Ia kelihatannya sibuk sekali. Aku memutuskan untuk melanjutkan bacaanku saja.

"Aku penasaran," Ethan memulai pembicaraan setelah hampir setengah jam kami hanya sibuk dengan urusan masing-masing. "Apa yang membawamu ke sini?" Ia bicara tanpa memandangku.

"Aku bosan, di rumah sepi sekali."

"Tidak main dengan teman-temanmu?"

"Aku sedang tidak ingin mendengarkan ocehan mereka."

Ethan diam saja. Aku juga kembali membaca, membiarkannya fokus menyelesaikan pekerjaannya. Keheningan kembali melanda kami. Setelah selesai membaca setengah isi buku, aku meletakkan bukuku di atas meja. Lalu pindah duduk di hadapan Ethan. Ekor matanya memperhatikanku, tapi ia berpura-pura tidak peduli.

"Merry mengajakku berjalan-jalan ke Pulau Harapan besok, boleh?"

"Pergilah." Ethan langsung menjawab, tanpa memandangku.

"Menginap dua hari satu malam, bersama Ary, Linda, Beni, dan Rani."

Ekspresi wajah Ethan berubah tidak suka. Tapi ia diam saja.

"Boleh?" Tanyaku lagi.

Ethan mengangkat kepalanya, menatapku sambil tersenyum. "Tentu, selamat bersenang-senang." Ia langsung menundukkan kepalanya, kembali membaca dokumen di tangannya. Ethan tidak suka, kelihatan sekali ia berusaha keras untuk tersenyum. Aku sudah menduganya.

"Terima kasih."

"Sama-sama," sahutnya.

Aku meraih kedua tangannya dan menggenggamnya erat. "Kakak mau hadiah apa?" Aku tersenyum semanis mungkin.

Ethan terkejut sekali lagi, memandangiku dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Kakak besok ulang tahun."

"Oh," ucapnya. "Memangnya penting untukmu?" Ethan menatapku dingin. Ia melepaskan genggaman tanganku dan kembali berkutat dengan dokumennya.

Aku terdiam, terlalu terkejut untuk merespon. Aku tidak menduga ia akan melontarkan kalimat sinis. Biasanya Ethan selalu berkata manis dan sopan padaku.

KarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang