TIGA - 4

2.7K 155 9
                                    

"Ada kejadian apa tadi?" Tanya Raihan tiba-tiba, mengagetkanku. Ia menghampiriku yang sedang mencuci piring, membawa piring dan gelas kotor bekas pakainya.

"Tidak ada." Jawabku langsung, tanpa berpikir. Untung saja yang terlepas dari peganganku hanya gelas plastik. Aku mengambil piring dan gelas yang dibawanya, menyabuninya dengan spons.

Raihan menatapku dengan tatapan menyelidik, lalu menggaruk pipinya yang aku yakin tidak gatal.

"Ada apa?"

"Ethan menelepon, memaksa A Iyan harus meluangkan waktu untuk ikut besok." Raihan terlihat ragu sejenak sebelum melanjutkan. "Dia panik sekali, khawatir tidak akan bisa menahan diri lagi jika hanya berduaan dengan Karla."

Aku mengerutkan kening, bingung. "Kami tidak berduaan." Aku tahu betul laki-laki dan perempuan bukan mahram tidak boleh hanya berduaan. Raihan sudah berkali-kali mengingatkan semua adiknya tentang hal ini. Meski aku selalu membuat pengecualian untuk Raihan dan adik-adiknya. Mereka keluargaku.

Raihan mengambil piring penuh busa di tanganku dan membilasnya.

Aku melanjutkan pekerjaanku, mengambil piring kotor dan menyabuninya dengan spons.

Raihan membantuku membilas piring-piring dan gelas yang sudah kucuci, lalu menaruhnya di keranjang. "Saat di toko perhiasan, Emily pergi ke toilet meninggalkan kalian berdua saja."

"Di sana ramai, kok, kami tidak hanya berduaan." Aku berusaha membela diri. Entah apa yang Ethan katakan pada Raihan.

Raihan terkekeh pelan. "Tentu saja kalian tidak hanya berduaan, tapi orang-orang di sekeliling kalian memangnya peduli apa yang kalian lakukan?"

Aku diam saja, masih tidak mengerti. Kami, kan, tidak mungkin melakukan hal-hal yang dilarang sebelum halal. Tiba-tiba aku teringat Ethan menyatakan cinta di hadapanku langsung, menatap mataku lekat-lekat, dan memujiku cantik.

"Memang terjadi sesuatu, kan?" Tanya Raihan. Ternyata ia memperhatikanku. Bagaimana aku bisa move on jika ia terus-terusan peduli dan memperhatikanku seperti ini?

"Hmm." Aku ragu sejenak. "Cuma bilang, 'I love you' sambil menatap lekat-lekat." Aku mengangkat bahu, berlagak sok cuek.

Raihan tersenyum tipis. "Berarti A Iyan memang harus ikut besok." Ia mengangkat keranjang berisi piring-piring bersih dan menaruhnya di depan rak piring.

Aku menghela napas kecewa dan mulai menyusun piring-piring bersih itu di rak piring. Aku berharap Raihan akan merasa sedikit terganggu mendengarnya. Ternyata tidak. Bodoh sekali aku masih berharap padanya. Aku akan menikah dengan Ethan, bukan Raihan. Aku membatin berkali-kali.

Ditunggu kritik dan sarannya.

KarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang