Kami berangkat menuju hotel setelah shalat zhuhur. Raihan meminjam mobil milik temannya kemarin malam, sepulang bekerja. Sesampainya di sana, aku melihat Ethan sedang berjalan mondar-mandir dilobby hotel. Sesekali ia mengusap tengkuknya, terlihat sangat gusar. Ethan tersenyum lega saat melihat kami turun.
"Ada yang tidak beres, Boss?" Raihan masih didalam mobil. Ia hanya menurunkan kaca mobil, menunggu kami semua selesai turun.
"Kupikir kalian tidak akan datang."
"Memangnya ini roman picisan ala sinetron?" Raihan tertawa. "Karla tidak akan tiba-tiba mengubah pikirannya pada detik-detik terakhir. Dia tidak setega itu, Ethan." Tepat sekali. Aku tidak setega itu. Kecuali terjadi hal yang mustahil, Raihan tiba-tiba saja menyatakan cinta padaku dan memohon agar aku membatalkan pernikahan ini. Karena itu tidak mungkin terjadi, aku juga tidak akan membatalkannya.
Ethan tidak menjawab, hanya tersenyum tipis. Ia membantuku menutup pintu mobil setelah aku turun.
Raihan mengemudikan mobilnya menuju parkiran sementara Ethan memandu kami menuju aula hotel, mengajak kami makan siang bersama. Sudah ada Emily dan anaknya di sana, juga suami dan ayahnya. Raihan datang beberapa menit kemudian, menyusul. Setelah makan siang, kami menuju ruang ganti masing-masing.
Semuanya berjalan lancar. Pukul empat sore, acara akad nikah berlangsung. Akad nikah tertutup hanya untuk keluarga. Saudara-saudara Mama dan Papa dari Tasik. Juga banyak wajah-wajah bule, saudara dan kerabat Ethan dari Amerika sana. Saudara Ayah dan Bunda? Aku tidak tahu. Sependek pengetahuanku, Ayah adalah anak tunggal.
Kakek dan Nenek sudah meninggal sebelum aku dilahirkan. Aku memiliki beberapa orang Paman dan Bibi. Tapi setelah Bunda meninggal, aku tidak tahu bagaimana kabar mereka, aku juga tidak tahu bagaimana cara menghubungi mereka. Mengenai keluarga Bunda, aku sudah pernah cerita Bunda terusir karena nekat menjadi mualaf dan menikah dengan Ayah, bukan? Bunda pernah mengenalkan mereka melalui foto. Ah, kapan-kapan kuceritakan tentang mereka. Kalau aku ingat.
Ethan mengucapkan ijab qabul dengan suara lantang, tanpa kesalahan. Aku keluar setelah pembawa acara memanggilku, didampingi Emily. Kilatan lampu blitz kamera menyambut kedatanganku. Aku berjalan perlahan-lahan, khawatir tersandung atau keseleo. Aku belum pernah memakai heels setinggi sebelas sentimeter seperti ini. Aku sempat tersandung ujung karpet satu kali, terpesona melihat Raihan begitu tampan mengenakan setelan jas berwarna abu-abu. Untunglah aku baik-baik saja. Emily menangkap pinggangku dengan sigap dan tersenyum menyemangati.
Raihan malah tersenyum lebar melihatku tersandung, hampir tertawa, seandainya saja kami tidak dalam acara formal. Aku menabahkan hati, menenangkan debaran jantungku yang kacau. Aku berusaha mengatur ekspresi wajahku untuk tersenyum sebaik mungkin. Aku khawatir adegan tersandungku tadi sempat terfoto. Aku mengalihkan pandanganku pada Ethan.
Lihatlah, Ethan juga tidak kalah tampan mengenakan setelan berwarna putih. Ethan hanya duduk diam di sana, memandangiku. Ia masih tetap diam memandangiku bahkan setelah aku tiba di hadapannya. Emily berdesis pelan memanggil namanya. Ethan mengerjapkan matanya sekali, menyunggingkan senyuman canggung dan menarik kursi di sebelahnya, mempersilakanku duduk.
Kami menandatangani buku nikah, lalu berdiri. Mama membawakan kotak perhiasan ke hadapan kami. Ethan meraih tanganku, tangannya besar sekali jika dibandingkan dengan tanganku. Terasa dingin dan agak bergetar. Ethan langsung memakaikan cincin di jari manisku, terlalu cepat. Sang fotografer sampai meminta Ethan mengulanginya, agar ia bisa memotret dengan benar. Ethan mengusap tengkuknya sekilas sebelum mengulangi.
Aku memakaikan cincin pada jari manis Ethan dan mencium punggung tangannya. Aku sengaja berlama-lama dalam setiap gerakanku, menunggu suara kamera mengabadikan momen penting ini. Aku tidak suka jika harus mengulangi prosesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karla
RomanceWarning! 18+ Tolong, pilihlah bacaan dengan bijak Part 33, 35, dan beberapa part berikutnya mungkin akan ada yang di-private. Silakan follow dulu. Bagaimana jika orang yang kamu cintai memintamu untuk menikah? Bukan, bukan dengannya, jangan senang d...