7. P3K

949 103 80
                                    

Hari ini seperti hari kemarin. Nanda tidak berangkat bersama ayahnya karena masih ada pekerjaan yang belum selesai.

Nanda berdiri di halte menunggu datang nya kendaraan umum, memang angkot yang melintas pada pagi ini terbilang sangat jarang dikarena jalanan yang baru saja di guyur hujan kini Nanda harus menunggu sekitar 10-15 menit.

Sekarang pukul 06:15 tidak seperti biasanya Nanda berangkat sepagi ini kalau bukan karena harus berangkat sendiri naik angkot.

Angin pagi yang berhembus dan jalanan yang becek itulah yang dihadapi Nanda pagi ini. Malas ? Sudah pasti dirasakan nya tapi apa boleh buat ini semua harus dilakukan karena kewajiban nya sebagai siswa SMA Cahaya Pelita yang terkenal akan kedisplinan murid muridnya.

Nanda melambaikan tangan kepada supir angkot yang dilihat nya dari kejauhan. Kemudian naik dan duduk di dekat pintu angkot, Nanda sangat senang duduk di tempat itu selain bisa merasakan sejuknya angin pagi dan juga bisa melihat jalan-jalan Jakarta yang kali ini sangat sepi karena sedang gerimis.

Tak lama kemudian Nanda sudah hampir tiba di sekolah nya. "Bang depan kiri ya." Kata Nanda yang memberhentikan tepat di depan sekolah.

Nanda turun dari angkot dan membayar ongkos ke supir yang berada di bangku kemudi. "Nih bang." Kata Nanda sambil menyerahkan uang sebesar Rp. 5.000 kepada supir angkot itu.

"Nih neng." Kata supir angkot itu sambil memberikan kembalian uang sebesar Rp. 2.000. "Lah bang kurang seribu." Kata Nanda sambil mempertanyakan kenapa uang yang di berikan nya kurang. "Maaf neng baru narik jadi gak ada kembalian." Kata supir angkot itu sambil tersenyum.

Sudah sering seperti ini, "baru saja narik neng maaf" kalimat itu menjadi alasan yang diberikan setiap supir angkot yang tidak memiliki kembalian.

Nanda menengok ke kanan dan ke kiri melihat keadaan jalanan apakah sudah bisa untuk di lewati atau tidak. Berjalan dengan santai itulah yang dipilih Nanda karena jalanan sepi hanya beberapa motor dan mobil yang melintas.

Sekarang tepat pukul 06:30, Nanda yang berjalan menyusuri koridor tidak berjalan mengarah kelasnya tapi toilet. Nanda kini bercermin dan merapikan rambut yang sedikit berantakan karena terkena angin saat di angkot.

Sisir berwarna biru yang diambilnya dalam tas menjadi alat untuk merapikan rambutnya.

"Dah selesai." Kata Nanda yang melihat di cermin bahwa dirinya sudah rapi dan enak dipandang.

Nanda memasukkan sisir kedalam tasnya dan berjalan ke arah pintu, namun hal yang tidak di inginkan Nanda terjadi. "Awww..." Teriak Nanda yang sudah jatuh ke lantai. Lantai yang licin membuat Nanda terjatuh dan merengek kesakitan.

Tidak ada orang di dalam toilet itu selain Nanda, kaki Nanda tidak sanggup menopang tubuh nya. Mungkin keseleo.

"Tolong!!!" Hanya itu yang bisa di ucapkan Nanda, berharap ada seseorang yang menolongnya.

"Woi cepetan ganti baju nya." Teriak Gino kepada Alvin, Aldi, dan Bagas yang sedang mengganti pakaian di kamar mandi.

Toilet laki-laki dan perempuan memanglah berdekatan.

Nanda yang tidak asing dengan suara itu langsung menyebut nama Gino. Supaya cepat menolongnya dan membawanya ke UKS.

"Gino tolongin gue" teriak Nanda kepada Gino.

Sedangkan orang yang dipanggil masih tidak peka kalau ada seseorang yang memanggil namanya.

"Kayak ada yang manggil." Binggung Gino sambil mengedarkan pandangannya kesegala arah.

"Woi Gino gue Nanda lagi di toilet, tolongin gue." Teriak Nanda yang kali ini di dengar jelas oleh Gino karena Gino sudah tepat di depan pintu toilet perempuan yang tertutup.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang