8. Panitia Lomba

808 78 37
                                    

"Mau dibantu gak?" Tawaran itu berasal dari Rico yang berdiri mendekati Nanda.

"Gak usah Co gue bisa sendiri, kalau gue jatuh kan ada temen gue yang megangin." Tolak Nanda dan Rico kembali duduk di tempatnya.

Mengurungkan niatnya untuk membantu Nanda. Nanda berjalan kearah tempat duduk nya yang ditopang kedua sahabatnya.

Bisikan-bisikan kecil yang membicarakan Nanda terdengar di telinga Nanda.

"Enak banget sih jadi Nanda bisa di gendong Alvin." Ucap Audy kepada Linda dan Selina.

"Iya kapan gue di gendong sama Alvin ya?" Lanjut Selina sambil mengkhayal kalau dirinya di posisi Nanda.

"Udah deh jangan pada berkhayal kerjain tuh soal di papan tulis." Kata Linda yang menyadarkan kedua temannya yang sedang berkhayal.

"Iya bawel, gak bisa liat temennya berkhayal dikit ya?" Ketus Audy kepada Linda. "Tau nih." Lanjut Selina.

Nanda yang mendengar perkataan dari teman-teman nya hanya bisa diam, memang itu yang harus dilakukan karena Nanda tidak suka beradu mulut dengan teman sekelasnya atau orang lain.

Buku fisika sudah diletakan diatas meja berserta alat tulis siap untuk mengerjakan tugas fisika itu.

Tapi kepala Nanda yang masih terasa pusing dan hanya bisa menatap soal didepan papan tulis itu. Tidak ada niatan untuk mengerjakannya.

Nana dan Bella yang mengetahui keadaan Nanda sekarang cuma bisa diam dan fokus mengerjakan tugasnya.

Tet...tet...tet...

Bel istirahat sudah berbunyi Nanda yang belum menyelesaikan tugas fisikanya karena selama pelajaran berlangsung Nanda menidurkan kepalanya dengan beralaskan tangan di atas meja.

Akhirnya tugas fisika yang diberikan Bu Dwi harus menjadi pr bagi Nanda.

Dikelas hanya bersisa kan beberapa orang. Ada Nanda, Bella, Nana, Ayu, Audy, Linda, Selina, Jaya dan beberapa temannya yang lain.

Rico datang dengan membawa secarik kertas berisi kan nama-nama yang harus menghadap ke ruang guru. Kemudian dibacakan nya nama-nama tersebut.

"Yang gue panggil namanya langsung keruang guru ya. Ananda, Ayu, Bella dan gue." Kata Rico yang berdiri didepan kelas sambil memegang kertas.

"Emang ada apaan kok kita di panggil?" Tanya Ayu yang binggung kenapa hanya berempat saja yang harus menghadap ke ruang guru.

"Yaudah kalian datang aja dulu ke ruang guru menghadap pak Agus." Kata Rico menjelaskan siapa orang yang memanggil mereka semua. Apa boleh buat mereka harus segera menghadap sekarang kalau tidak pasti pak Agus yang akan menghampiri mereka satu per satu.

•••••

"Semangat dong Vin, gimana sih kamu ini." Kata pelatih basket kepada Alvin yang sedari tadi tidak konsentrasi saat melemparkan bola ke ring basket.

"Ayo Vin lu pasti bisa, jangan lemes gitu dong." Kata Bagas sambil menepuk pundak Alvin untuk menyemangati nya.

Alvin mengambil bola lalu mendribble bola dan kemudian melempar ke arah ring basket dan (nyiuutt... anggap saja suara hempasan bola kedalam ring) bola masuk dengan sangat mulus.

"Nah gitu dong, itu yang kita tunggu-tunggu." Ucap pelatih itu kepada Alvin sambil tersenyum bangga.

Tapi Alvin tetap saja masih merasakan ada sesuatu hal yang terus menghantui pikiran nya.

Alvin terus memikirkannya bagaimana keadaan Nanda sekarang. Entah sejak kapan Alvin mulai perhatian pada sosok gadis yang waktu itu memberikan segelas orange jus padanya. Pada intinya Alvin kini cemas dengan keadaan Nanda.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang