Terbangun di pagi hari dengan tubuh yang segar, sepertinya setelah percakapan tadi malam bersama bunda membuat Nanda tidur nyenyak. Buktinya sekarang jam menunjukkan pukul 08.00
Ini adalah hari Minggu dan liburan panjang telah tiba hari yang paling menggembirakan. Dan besok Nanda akan pergi berlibur bersama yang lainnya.
Apakah Nanda sudah mempersiapkan barang-barang yang akan ia dibawa? Jawabannya belum, karena kemarin malam Nanda berniat untuk mempersiapkannya, namun apa boleh buat rasa lelah mengurungkan niatnya itu.
Sekarang adalah kesempatan baginya untuk mempersiapkan apa saja yang akan dibawanya, tidak lebih dan tidak kurang. Intinya bawalah barang yang seperlunya.
Membuka lemari dan melihat-lihat baju mana yang akan di pakai nya selama berlibur ke Jogja.
Perhatiannya saat memilih baju di lemari terpecah karena dering ponsel Nanda yang berada di meja berbunyi.
"Ngapain coba nih anak pagi-pagi udah ngajak video call." kata Nanda saat melihat ponselnya ada panggilan video call dari Nana.
Menekan tombol hijau itulah yang di pilih Nanda.
"Selamat pagi Nanda ku, baru terbangun dari bobo syantik nya ya." ucap Nana di sebrang sana dengan heboh.
"Hmm... Ada apa sih pagi-pagi dah bikin pala gue nyut-nyutan aja." kata Nanda terganggu dengan kehadiran Nana di layar ponselnya.
"Gue bingung nih mau bawa baju yang mana, kalau kata lu mending bawa baju yang merah atau putih." kata Nana meminta pendapat.
"Lu pagi-pagi video call cuma buat nanya bagusan baju merah atau putih? Penting banget gak sih." Nanda sudah geram dengan Nana.
"Ini tuh penting Ananda. Kalo gue bawa baju yang putih yang merahnya kasian gak pernah di pake." sahut Nana panjang lebar dari sebrang sana.
"Yaudah pake yang merah," jawab Nanda.
"Tapi kalo gue bawa baju yang merah, nanti orang-orang pada berspekulasi dan ngecap gue kayak cabe-cabean lagi, kan cabe warnanya merah."
"Aduh gue aja belum nyiapin apa aja yang mau gue bawa. Lah lu..."
"Lah kenapa Nanda. Kasih saran dong." pinta Nana.
"Yaudah bawa dua-duanya aja."
"Ohh iya biar adil ya, kan kalo gue bawa dua-duanya baju gue gak ada yang iri," kata Nana dengan senyuman yang menampilkan gigi rapihnya itu.
Nanda hanya diam, malas merespon Nana yang sudah menemukan jalan keluar dari permasalahannya.
"Yaudah ya Nanda makasih, selamat memilih-milih baju, dadah..."
"Iya." kata Nanda singkat.
Setalah itu layar handphone Nanda berubah gelap tidak menampilkan wajah Nana lagi.
Dan kegiatan memilih-milih baju bisa dilanjutkan Nanda.
Suara itu lagi, Nanda kesal mendengarnya. Kalau kayak gini menyiapkan barang bawaannya akan tertunda terus.
"Aduh siapa sih." ucap Nanda sebal.
Ekspresi Nanda langsung berubah ketika mengetahui nama siapa yang tertera dilayar ponselnya.
"Ehh mampus gue." ucap Nanda panik.
Takut sambungan telepon nya mati Nanda segera mengangkatnya.
"Hallo," suara dari sebrang sana.
"I...iya, hall...o" jawab Nanda.
Tut... Tut... Tut...
Panggilan di putus sepihak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me ?
Fiksi RemajaSemua bermula dari ketidaksengajaan menabrak seorang cowok, Ananda Marsya Jelita (Nanda) merasa tidak enak hati karena membuat minuman cowok itu tumpah ke seragamnya. Ternyata cowok itu bernama Alvin Cahyo Diningrat (Alvin) kelas XI IPA 1 yang sanga...