Suasana saat ini seperti seorang pelawak yang mengeluarkan lawakannya yang garing, sangat sunyi dan hambar. Hanya terdengar suara radio yang sedari tadi setia memutarkan lagu selama di dalam mobil.
Alvin masih setia menatap kearah jalanan sedangkan Nanda sedang menyenderkan kepalanya sambil menatap ke jendela yang berada di sisi kirinya.
"Nanda," panggil Alvin dengan fokus yang masih sama yaitu ke arah jalanan.
"Iya," ucap Nanda sambil menoleh ke Alvin.
"Lu gak mau nanya sekarang kita mau kemana."
"Hmm... Terserah sih gue mau di bawa kemana, gue yakin lu bukan cowok brandal yang bakal ngajak cewek ke tempat yang aneh-aneh."
Seulas senyum terukir di bibir Alvin. Dan dalam hatinya ia merasa bahwa Nanda kini sudah selangkah lebih dekat dengannya.
"Lu mau gue jujur gak?" perkataan Alvin langsung membuat Nanda menoleh kearahnya.
"Jujur soalnya apa," tanya Nanda sambil mengerutkan keningnya.
"Hmm... Gimana ya," ucap Alvin yang sudah mulai gugup.
"Gimana apanya."
"Hmm..." kini Alvin mulai gugup.
"Bedak gue ketebalan ya, atau bibir gue kayak tante-tante, aduhhh ada yang aneh sama baju gue atau apa..."
"Malam ini lu keliatan cantik banget." kata Alvin dengan lantang.
Nanda yang mendengar perkataan Alvin barusan langsung dibuat mati seketika, seperti ada sengatan listrik beribu-ribu volt yang menjalar di sekujur tubuhnya. Dan Alvin pun langsung merasa lega setelah menyampaikan apa yang ingin disampaikan sejak ia menjemput Nanda di rumahnya.
Kedua makhluk yang kini sedang di dalam mobil itu dibuat gugup secara bersamaan. Tapi Alvin langsung buru-buru menghilangkan rasa gugup dengan tetap bersikap seperti biasanya. Lain halnya dengan Nanda, pipi merah merona masih saja terceplak di kedua sudut pipinya.
"Cewek mana sih yang gak baper di giniin. Pantes aja Alvin banyak yang naksir." Batin Nanda berkata.
•••••
Plang nama restoran ternama di Jakarta terpampang besar di atap sana. Lampu-lampu dan interior yang tergantung disana menambahkan kesan mewah dan mahal.
"Vin, kayaknya lu salah ngajak gue ke sini deh."
"Emangnya kenapa?" tanya Alvin dengan dahi yang sudah mengerut.
"Baju gue yang gak cocok datang ke tempat ini. Style kayak gini tuh cocoknya makan di angkringan pinggir jalan tau."
"Udah gak apa-apa, pede aja kali. Kan tadi gue bilang lu cantik banget malam ini walaupun pake baju sesimpel itu," kata Alvin.
Nanda masih merasa kurang percaya diri dengan penampilannya saat ini. Terlihat jelas dengan raut wajahnya yang terlihat gelisah.
"Yaudah yuk masuk. Mejanya udah gue pesan," ucap Alvin sambil mengaitkan tangannya menggandeng tangan Nanda.
Sontak Nanda kaget dengan tangan Alvin yang tiba-tiba menggandengnya. Tapi itu membuat Nanda sedikit percaya diri masuk ke restoran mewah dan membuat pipi Nanda merona dengan perlakuan manis Alvin terhadapnya.
Alvin memesan satu meja yang berada di lantai atas, selain tempatnya yang terbuka disana juga bisa melihat pemandangan ke jalan yang terdapat mobil dan motor yang sedang berlalu-lalang.
Seorang pelayan restoran datang menghampiri mereka berdua, dan memberikan buku menu.
"Nan, lu mau pesan apa?" tanya Alvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me ?
Teen FictionSemua bermula dari ketidaksengajaan menabrak seorang cowok, Ananda Marsya Jelita (Nanda) merasa tidak enak hati karena membuat minuman cowok itu tumpah ke seragamnya. Ternyata cowok itu bernama Alvin Cahyo Diningrat (Alvin) kelas XI IPA 1 yang sanga...