Berjalan dengan perasaan cemas itu yang dirasakan Nanda sekarang. Tempat makan yang tadinya ramai kini hanya beberapa pelanggan yang tinggal menghabiskan makanannya.
Hal itu terjadi karena jarum jam menunjukkan pukul 23:00, beberapa pelayan yang sibuk membersihkan meja-meja yang kotor dan ada juga yang sedang mengepel lantai. Nanda masuk dengan perasaan penuh harap.
"Nan, gue ke toilet dulu ya, udah kebelet banget nih," kata Alvin.
"Yaudah, gue langsung nanya ke mba-mba nya ya," ucap Nanda.
Tanpa ba-bi-bu lagi Alvin langsung melesat menuju toilet. Sedangkan Nanda langsung mencari pelayan tempat makan itu.
"Permisi mba," kata Nanda.
"Iya kak ada yang bisa saya bantu," balas pelayan itu dengan logat nya.
"Tadi saya makan di sini sekitar pukul 20:00, di meja yang di sebelah sana," kata Nanda sambil menunjuk tempat dimana tadi mereka tempati.
"Dompet saya kayaknya ketinggalan di sana, terakhir saya keluarin seingat saya di tempat makan ini," lanjut Nanda.
"Warna dompet nya apa ya kak, soalnya tadi ada yang memberikan dompet kepada kami dan ditemukan tepat di meja yang kakak tempati tadi," kata pelayan itu.
"Warna coklat," ucap Nanda.
"Sebentar kak saya ambilkan dulu," kata pelayan itu sambil berjalan menuju meja kasir mengambil dompet yang tadi dibicarakan.
Nanda mengikuti pelayan itu yang berjalan menuju meja kasir.
"Dompet nya yang ini kak?" tanya pelayan itu.
"Iya itu punya saya, syukur deh kalau ada," kata Nanda yang perasaannya sudah lega karena dompet miliknya sudah ketemu.
"Ini tadi yang nemuin siapa mba?" tanya Nanda.
"Saya lupa nanya namanya kak, ciri-ciri nya cantik, tinggi, kulitnya kayak kulit orang Indonesia pada umumnya, dan..." ucapan pelayan itu terpotong karena mengingat sesuatu.
"Saya ingat, dia itu pemilik pabrik tekstil di sekitar sini,"
"Pemilik pabrik tekstil?" tanya Nanda.
"Iya," jawab mba-mba tersebut.
Setelah selesai dari kamar mandi segera Alvin menghampiri dua gadis yang sedang berbicara.
"Gimana dompet nya udah ada," Alvin datang lalu memotong pembicaraan mereka.
"Udah nih dompetnya, ternyata masih ada ya orang baik kayak dia," ucap Nanda.
"Siapa yang nemuin?" tanya Alvin.
"Kata mba-mbanya, cewek. Dia pemilik pabrik tekstil di dekat sini," kata Nanda. Seketika wajah Alvin berubah seperti mengetahui suatu hal.
"Ada apa Vin?" tanya Nanda setelah melihat perubahan ekspresi Alvin.
"Ahh gak apa-apa, kita mau langsung pulang?" kata Alvin langsung mengalihkan pembicaraan.
"Ohh iya udah makin malam nih," ucap Nanda.
"Terima kasih ya mba, saya pamit pulang. Kalau mba ketemu sama orang yang nemuin dompet saya, sampaikan salam dari Nanda ya mba," kata Nanda panjang lebar berpesan kepada pelayan tempat makan itu.
"Iya kak, nanti saya sampaikan apabila dia datang kesini lagi,"
Nanda dan Alvin tersenyum pamit kepada pelayan tersebut dan meninggalkan tempat makan yang sudah hampir tutup itu.
Hati Nanda sudah tenang karena dompet nya sudah ketemu dan semua isinya pun masih ada didalam sana tidak ada yang hilang satupun.
Dan mereka segera kembali pulang dengan sepeda motor yang dikendarai Alvin. Hembusan angin malam dan cahaya rembulan menemani mereka sepanjang jalan hingga sampai ke tempat tujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me ?
Teen FictionSemua bermula dari ketidaksengajaan menabrak seorang cowok, Ananda Marsya Jelita (Nanda) merasa tidak enak hati karena membuat minuman cowok itu tumpah ke seragamnya. Ternyata cowok itu bernama Alvin Cahyo Diningrat (Alvin) kelas XI IPA 1 yang sanga...