32. Waktu

361 20 4
                                    

"Aku hanya butuh waktu untuk bisa memberitahu ini semua. Jika waktunya tiba, ku harap semua akan baik-baik saja."
~Alvin Cahyo Diningrat~

Terjatuh dari tempat tidur adalah peristiwa buruk yang dialami Alvin pagi ini.

"Aww... Sakit banget," Alvin meringis kesakitan memegang pinggang yang terbentur ke lantai dengan sangat keras.

Benar-benar malang nasib Alvin. Segera bangkit dari lantai dan duduk di kasur sambil merasakan nyeri yang sedikit demi sedikit mulai menghilang.

Kemudian Alvin mengambil benda pipih yang berada di meja kecil samping tempat tidurnya dan mencari kontak seseorang yang akan ia hubungi.

"Selamat jam 11.00 siang."

Alvin mengirim sebuah pesan kepada seseorang yang ada di sebrang sana. Pesan itu terkirim, namun hanya ceklis satu menandakan bahwa orang di sana belum menghidupkan ponselnya.

"Nih orang kebo juga ya, jam segini belum bangun," gumam Alvin sambil melirik jam dinding besar yang ada di sudut kamar.

Orang yang di maksud itu adalah Nanda dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11:00, tanpa menunggu lama lagi Alvin bergegas mandi karena dirinya sudah amat kesiangan.

Tapi walaupun Alvin kesiangan seperti sekarang ini, itu tidak menjadi masalah. Karena sekarang sedang masa libur panjang. Dan akan masuk kembali tiga minggu yang akan datang dengan kelas yang berbeda karena dirinya sudah naik kelas menjadi kelas XII.

Setelah selesai mandi dan mengenakan pakaian yang biasanya Alvin pakai sehari-hari, ia langsung keluar dari kamarnya dan pergi keruang tamu.

"Tumben udah rapih," Mirna yang sedang duduk di ruang tamu sambil menyulam heran melihat Alvin yang baru bangun dan sudah rapih seperti saat ini.

Alvin tak menyahut apa-apa dan malah melontar pertanyaan kepada Mirna yang sedang terfokus dengan pekerjaan tangannya.

"Papa kemana Mah?" Alvin bertanya sambil mengambil roti yang berada di atas meja dan langsung melahap nya tanpa permisi.

"Ada di ruang kerja. Ohh iya, kamu di cariin papa tuh. Sana temui."

Alvin langsung berdiri dan beranjak menuju ruang kerja papa nya.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk."

Alvin membuka pintu dan menemui Aryo Diningrat papa nya sedang duduk di kursi tempat ia bekerja dan menatap lurus Alvin yang berdiri di ambang pintu.

"Duduk," suara tegas Aryo menginterupsi ruangan ini hingga membuat suasana memegang.

Alvin menurut saja apa yang di katakan papa nya. Dan duduk manis menunggu ucapan Aryo selanjutnya.

"Papa sudah tau semuanya," kata Aryo yang membuat kening Alvin berkerut karena bingung dengan ucapan Aryo.

"Tau soal apa Pah?" tanya Alvin berhati-hati karena melihat ekspresi serius dari wajah Aryo.

"Ananda Marsya Jelita."

Nama itu terucap jelas dari bibir Aryo yang membuat Alvin tercengang dengan mata terbuka sempurna.

Dan Alvin bingung harus berkata apa lagi. Karena selama Alvin bergonta-ganti pacar, Aryo tidak pernah peduli. Kenapa tiba-tiba sekarang papa nya membahas masalah pacar yang baru saja kemarin diresmikan hubungannya.

"Sejak kapan papa peduli tentang pacar Alvin," Alvin berusaha mengontrol emosi nya.

Tak usah di tanya dari mana Aryo mengetahui semuanya itu. Aryo mempunyai seorang sekretaris yang juga bisa dijadikan sebagai detektif dadakan yang tidak begitu profesional namun jika diberi misi rahasia semuanya dikerjakan dengan bersih dan cepat.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang