34. Hoax?

327 12 0
                                    

Tepat pukul 5 pagi jam yang berada diatas meja itu berdering meneriaki Nanda supaya bangun dari tidur nyenyaknya.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang yang lumayan memberi banyak kenangan. Dan ini adalah hari pertama bagi Nanda datang ke sekolah sebagai murid kelas 12.

Hari baru, kelas baru, dan semangat yang baru.

Nanda bergegas untuk segera bersiap-siap, mengingat bahwa ia tinggal di kota Jakarta yang jalanan nya terbilang padat merayap. Dan juga ini pertama kalinya bagi Nanda yang nantinya akan dijemput sang pacar yaitu Alvin.

"Kamar mandi, aku datang."

Nanda berjalan menuju kamar mandi dengan semangat yang membara.

•••••

Disebrang sana sudah ada yang bercucuran keringat. Olahraga pagi tidak pernah terlewatkan dari jadwal nya. Menyempatkan beberapa menit untuk melakukan push up itulah rutinitas Alvin setiap pagi. Tak heran tubuh proporsionalnya itu ia dapatkan.

Setelah menuntaskan aktivitas rutinnya itu, Alvin segera mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat yang menempel ditubuhnya.

Mengambil handuk dan menyiapkan seragam putih abu-abu nya yang sudah lama tidak di sentuh karena libur panjang.

Dan tanpa memperpanjang durasi, Alvin langsung saja pergi ke kamar mandi dengan penuh semangat karena hari ini ia akan berangkat sekolah bersama Nanda.

•••••

Tidak seperti biasanya, kali ini Alvin berangkat sekolah dengan menggunakan motor ninja berwarna hitam mengkilap ditemani jaket kulit dan helm yang warnanya selaras dengan motornya.

Motor itu sudah terparkir dipekarangan rumah Nanda. Menunggu seseorang berseragam putih abu-abu keluar dari balik pintu rumah itu.

Yang dinanti akhirnya tiba, pintu itu terbuka. Seulas senyum tersungging dibibir Alvin. Namun senyum itu langsung memudar kala tahu yang keluar adalah Surya.

Alvin langsung bangkit dari jok motor yang ia duduki dan menyambangi Surya untuk menyalimi punggung tangan Surya.

"Selamat pagi om," sapa hangat Alvin.

Surya hanya mengangguk, dan setelahnya melontarkan pertanyaan kepada pemuda didepannya itu.

"Sekarang kamu bawa motor?" pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya itu terlontar dari Surya.

Alvin mengangguk.

"Bawa helm untuk Nanda?" tanya Surya lagi.

"Ada om."

Tertawa garing muncul karena Surya.

"Hati-hati ya nak Alvin. Jakarta ini keras, jadi..." Surya memotong pembicaraannya sendiri.

"Ya kamu harus lebih keras dari Jakarta."

Surya makin tertawa terbahak-bahak karena lelucon yang dibuatnya. Namun tidak ada sedikitpun yang lucu dari lelucon itu.

"Hehehe... Iya om harus lebih keras."

Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat.

"Apa sih Pah, pagi-pagi udah garing aja," kata Nanda.

"Ya gak apa-apa dong. Biar makin akrab sama calon..." omongan Surya terpotong karena tatapan Nanda yang menusuk sangat dalam.

"Calon apa? Udah ahh, Papa mah pagi-pagi udah gak jelas," ucap Nanda.

"Kamu tuh yang gak jelas, pagi-pagi udah ngoceh kayak burung beo," kata Surya sambil mencubit hidung putrinya itu.

"Nanda berangkat sekarang ya. Nanti telat nihh."

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang