36. Jas dan Gaun

224 12 4
                                    

Berita yang di unggah dalam Instagram The Rumps memang bisa membuat gempar dan heboh. Bukan karena diksi yang digunakan sangat mengundang pembaca, tapi kebanyakan gosip-gosip yang ada di sana merupakan fakta. Tapi banyak juga pemberitaan yang tidak sesuai dengan fakta yang ada. Entah kenapa banyak sekali yang suka dengan berita-berita gosip yang belum tahu kebenaran, buktinya akun Instagram The Rumps menembus angka seratus ribu pengikut. Merupakan angka yang fantastis bukan?

Nanda berusaha untuk tidak memikirkan hal itu dengan duduk dipinggir kasur dengan tangan yang masih berkutat pada laptopnya. Mengerjakan tugas kelompok bersama Nana dan Bella.

"Guys, mau gak kita..." kata Nana sengaja di jeda.

"Bikin males deh yang kayak gini nih, penasaran enggak. Nyebelin iya," sahut Nanda.

"Tau nih kebiasaan lu mah Na," kali ini Bella yang menimpali.

"Kita bikin baju atau jaket kembaran yuk," lanjut Nana karena ucapannya tadi belum terselesaikan.

"Udah ayo, baca halaman selanjutnya," ucap Nanda kepada Bella yang bertugas mendiktekan dan mengabaikan Nana.

"Ihh kok gue di cuekin, ayo kita bikin. Nih contohnya, lucu-lucu kan," Nana masih berusaha dengan keras.

Nanda bukan tipe orang yang suka menjadi sorotan publik. Kalau dirinya dan teman-temannya itu memakai jaket atau baju kembaran, secara tidak langsung akan mengundang tatapan dari orang-orang disekitarnya. Dan Nanda sangat menghindari hal itu.

"Kalian gak seru ahh," Nana tiba-tiba bete karena tidak ada yang meng-iyakan ajakannya.

"Udah selesai tugasnya," sorak Nanda sambil meregangkan pinggangnya yang pegal karena kelamaan duduk.

Kalau dilihat dari tadi yang mengerjakan tugas kelompok hanya Nanda dan Bella. Sedangkan Nana sibuk dengan urusannya mencari jaket kembaran di online shop. Tapi Nanda tidak mau Nana hanya menumpang nama di kelompoknya. Jadi, tugas Nana adalah nge-print semua materi yang baru saja selesai di ketik dan pada saat presentasi, Nana lah yang memulai presentasi itu. Karena tingkat kepercayaan dirinya melampaui batas dibandingkan Bella dan Nanda.

"Sini flashdisk nya, nanti gue print dirumah," kata Nana dengan sigap tanpa disuruh.

Nanda memindahkan file itu kedalam flashdisk dan memberikan flashdisk itu kepada Nana.

"Jangan lupa langsung masukin ke tas, biar gak ketinggalan," kata Bella mengingatkan.

"Siap..." ucap Nana.

"Hmmm... Jadi gimana guys, jadi bikin jaket kembaran gak?" tanya Nana ulang.

"Enggak!" jawab kompak Nanda dan Bella.

•••••

Di siang hari yang terik ini, kegiatan belajar mengajar telah usai. Hari ini adalah presentasi dari kelompok Nanda dan itu telah berakhir.

Sekarang waktunya bersiap untuk pulang. Semua siswa sudah siap melenggangkan kaki nya menuju pintu gerbang sekolah. Sedangkan Nanda, Bella dan Nana masih harus membereskan peralatan presentasi yang baru saja mereka pakai. Seperti proyektor, laptop, dan alat tulis mereka.

Tiba-tiba mata Nanda, Bella dan Nana di serang sorotan lampu yang mengagetkan. Sedikit berkunang-kunang tapi mata mereka segera kembali seperti normal.

Cahaya itu berasal dari senter ponsel Audy yang sedang telepon dengan 'taksi online' yang ia pesan.

"Yaamsong Audy, lu kalo mau foto bareng kita ayo sini. Jangan foto diem diem dong," teriak Nana dengan heboh.

"Enggak, kepencet ini," alasan Audy yang masih bisa diterima akal sehat.

"Coba cek galeri, sini gue mau liat," Nana tetap tidak percaya dan menghampiri Audy.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang