19. Rencana

550 29 30
                                    

Rasa letih baru terasa di sekujur tubuh Nanda karena telah membantu pekerjaan di dapur untuk acara malam tadi.

Sekarang pukul 21:00, dan keluarga Nanda yang tadi bertamu sudah pulang.

Kini Nanda merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk dengan senyuman yang entah kenapa hari ini selalu terpampang di kedua sudut bibirnya.

Ngekkk... (Pintu kamar Nanda terbuka)

Yanti masuk kedalam kamar Nanda dengan membawa segelas susu hangat kesukaan Nanda.

"Jangan lupa di minum ya," ucap Yanti yang sudah meletakkan susu itu diatas meja.

"Makasih bun."

"Kamu dari tadi kenapa sih senyum-senyum sendiri," kata Yanti heran.

"Coba cerita dong ke bunda."

Nanda mendudukkan tubuhnya dan mulai menceritakan semua kejadian yang tadi siang ia alami.

Semua kejadian tadi siang diceritakan dengan sangat detail tanpa terlewat sedikit pun. Tapi Nanda tidak menyebutkan siapa nama orang yang tadi siang muntah di angkot.

"Emang siapa yang muntah. Kok bisa sih?" pertanyaan itu berasal dari Yanti.

"Si Alvin temen Nanda yang pernah kesini."

Mendengar nama itu, membuat Yanti harus mengingat wajah dari si pemilik nama itu, maklum faktor umur jadi agak pikun.

"Yang mana sih bunda lupa."

"Waktu itu dia pernah nganterin Nanda pulang, trus bunda lagi nyuci baju di belakang."

"Ohh, nak Alvin yang ganteng itu." ucap Yanti seraya ingat dengan sosok yang tengah jadi bahan pembicaraan malam ini.

Nanda tak merespon banyak dengan reaksi Yanti yang sudah mengingatkan sosok Alvin.

"Jadi ini yang buat kamu gak berhenti senyum seharian?" goda Yanti.

"Apaan sih bun, enggak lah yakali senyum gara-gara itu doang," elak Nanda.

"Kalau kamu suka sama Alvin sih gak apa-apa. Bunda setuju kok punya calon menantu ganteng kayak nak Alvin." kata Yanti sambil berjalan keluar kamar Nanda.

"Ihh bunda apaan sih." gerutu Nanda.

Yanti tertawa puas melihat putri sematawayangnya merasa malu-malu dengan pipi yang memerah.

"Yaudah jangan lupa di minum ya susu nya. Jangan tidur larut malam." perintah Yanti.

"Oke bunda."

Merasa kesal dengan tingkah bundanya itu Nanda kembali merebahkan tubuhnya kembali diatas kasur nya.

Bunyi notifikasi handphone Nanda menghiasi ruang kamar Nanda yang sepi.

Ramai dan berisik itulah cuitan handphone Nanda saat ini.

Room chat yang berisi Nanda, Bella dan Nana kini sudah mencapai puluhan pesan yang belum terbaca oleh Nanda.

Dengan malas Nanda langsung membaca dengan seksama pesan-pesan yang belum dibacanya.

Bella : wahhhgeellaasehh... Nana...

Nana : apaan?

Bella : gak ngajak-ngajak ya.

Nana : maksud lu? Serius gue gak ngerti.

Bella : ini apa.

Bella mengirim sebuah screenshot instastory Nana yang memamerkan tiket nonton bioskop untuk 2 orang.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang