Pulang lebih lama dari biasanya haruslah diterima dengan lapang dada, siswa kelas 12 harus mengikuti pelajaran tambahan. Dikarenakan untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional. Tidak seperti sekolah lainnya yang memulai pelajaran tambahan di awal semester dua. SMA Cahaya Pelita memulainya lebih awal, agar siswa-siswinya bisa lebih matang dan tenang saat hari itu tiba.
Rasa lelah dan butuh adaptasi, itulah yang dirasakan Nanda saat ini. Namun semua ini demi masa depannya. Nanda ingin sekali mendapatkan beasiswa di universitas impiannya. Maka dari itu, sebesar apapun rasa lelah yang dirasakan Nanda saat ini harus di hempas jauh-jauh. Tapi ada yang menyerang konsentrasi Nanda selama pelajaran tambahan itu berlangsung. Bukan rasa lelah, bukan juga rasa lapar, namun berita murahan yang ia baca saat istirahat tadi. Itu sangat menyita pikiran Nanda.
"Coba tolong jelaskan kembali Ananda Marsya Jelita mengenai unsur-unsur biotik dan abiotik," Bu Rahma mulai naik pitam karena melihat Nanda melamun sedari tadi.
Menjadi sorotan satu kelas, Nanda yang terbawa dalam lamunannya itu akhirnya tersadarkan.
"Hah? Iya Bu hadir," ucap Nanda spontan sambil berdiri tegak.
"Ibu sedang bertanya kepada kamu mengenai unsur-unsur biotik dan abiotik, bukannya sedang mengabsen kalian. Cepat jawab. Pasti kamu gak bisa jawab kan? Karena kamu tadi melamun, tidak memperhatikan ibu yang sedang menerangkan pelajaran."
Panjang lebar Bu Rahma berkata dengan gayanya yang selalu dibuat dramatis.
"Unsur-unsur biotik itu..." Nanda menjelaskan dengan sangat detail dan tepat.
Nasib Nanda terselamatkan, untung saja Nanda sudah membaca sedikit buku cetak yang baru saya dibagikan dari koprasi kemarin. Kalau tidak bisa-bisa Bu Rahma akan menggantikan pelajaran tambahan biologi ini menjadi 'ceramah with madam Rahma.'
"Hmm, bagus. Penjelasan yang cukup detail. Tapi ingat, jangan sekali-kali kamu melamun tidak jelas seperti tadi," peringatan itu ditujukan kepada Nanda.
"Baik Bu," Nanda kembali duduk dan Bu Rahma kembali menerangkan apa yang harus diterangkan.
"Gewlaaa sehh, temen kita pintul," ucap Nana takjub.
"Hah?! Pintul? Apaan tuh," Bella bingung dengan istilah yang diucapkan Nana.
"Pinter Betul," kata Nana menjelaskan arti dari singkatan pintul.
"Otak lu mintul," sewot Bella.
Nanda hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Nana yang makin hari makin sengklek.
"Otak gue masih tajem kok. Kata siapa otak gue mintul, Emang otak gue serutan apa yang kalo di tiup jadi mintul," pembelaan Nana yang sangat lebay.
"Udah ahh diem nanti kita bertiga disuruh gantiin Bu Rahma jelasin di depan lagi," lerai Nanda agar pembahasan ini tidak semakin panjang lebar.
Mereka bertiga pun kembali hening dan melanjutkan aktivitas sebelumnya yaitu memperhatikan Bu Rahma didepan papan tulis.
Tet... Tet... Tet... (Bel pulang sekolah)
Bunyi itu yang sedari tadi ditunggu-tunggu murid kelas 12. Pelajaran tambahan telah usai dan kini siswa-siswi berhamburan kesegala penjuru sekolah. Ada yang ke kantin karena ingin membeli minuman, ada yang langsung pulang kerumahnya masing-masing dan ada yang ke toilet karena ingin merapihkan diri sebelum pulang sekolah.
Karena Nanda dan Bella mengikuti Nana, sudah bisa tebak keberadaan mereka sekarang. Berdiri di depan kaca sambil memegang sisir mini kesayangan Nana.
"Hmm..." seseorang yang berada di belakang berdehem agar Nana menyingkir dari depan kaca, karena Nana sudah berdiri sudah cukup lama.
"Apa sih ehem ehem, gak tau orang lagi ngaca kali ya, besok gue bawa kaca sendiri lah. Biar kalau ngaca puasss," Nana membalikan badannya dan melihat siapa orang yang tadi berdehem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me ?
Teen FictionSemua bermula dari ketidaksengajaan menabrak seorang cowok, Ananda Marsya Jelita (Nanda) merasa tidak enak hati karena membuat minuman cowok itu tumpah ke seragamnya. Ternyata cowok itu bernama Alvin Cahyo Diningrat (Alvin) kelas XI IPA 1 yang sanga...