24. Izin

436 25 8
                                    

Pagi yang cerah ini menyambut semua siswa-siswi SMA Cahaya Pelita untuk menghadapi ujian pertama yang akan diselenggarakan sebentar lagi.

Sekarang pukul 07:00 dan ujian akan dimulai setengah jam lagi, sudah menjadi tradisi kalau setiap ujian siswa-siswi akan di acak tidak sama seperti teman-teman sekelasnya. Hal ini diberlakukan untuk siswa-siswi agar tidak ada ritual mencontek karena dalam ruangan ada murid kelas X, XI, dan XII. Sehingga mereka tidak bisa menyontek karena soalnya pun berbeda.

Bukan sulap bukan sihir, mungkin ini adalah takdir. Nanda dan Alvin berada dalam satu ruang yang sama. Dan Nanda terpisah dari kedua sahabatnya, malah Nana dan Bella satu ruangan.

Semua murid tengah membaca buku, menghafalkan materi supaya bisa mengerjakan soal ujian dengan baik.  Itulah yang di lakukan Nanda saat ini.

Melihat Nanda sedang fokus belajar di sela-sela waktu sebelum ujian, Alvin melangkah menghampiri Nanda.

"Gue yakin kok orang kayak lu gak bakal dapet nilai jelek," kata Alvin yang sudah duduk di depan Nanda.

Nanda tersenyum kaku dan bingung harus merespon apa.

"Lu kenapa gak belajar, ini rumus MTK banyak banget loh."

"Gue udah belajar kok kemarin."

"Hmm..." Nanda hanya berdehem, bingung harus merespon apa lagi.

Tet... Tet... Tet...

Bel berbunyi dan semua murid langsung bersiap diri untuk berperang di hari pertama dengan pelajaran matematika.

Guru yang mengawas pun juga sudah duduk manis di kursinya. Iya, saat ini yang mengawasi ruang Nanda adalah bu Dwi.

"Kalian sudah berdoa belum?" tanya bu Dwi.

Diam dan hening, itu sudah bisa menjadi jawaban mereka semua.

"Pasti belum kan, Alvin. Maju ke depan pimpin doa." perintah bu Dwi.

Alvin maju ke depan tak mau memperpanjang waktu lebih lama lagi. Karena bila Alvin mengulur nya, waktu mengerjakan soal ujian pun ikut termakan.

"Aduh imam gue maju ke depan," bisik-bisik dari adik kelas.

"Apaan sih dia tuh pacar gue," ucap yang lain tak mau kalah.

"Kalian gak usah ngaku-ngaku ya, kak Alvin itu pasangan gue," sambar adik kelas yang lain.

"Sttt... Diam semuanya. Mau di mulai gak ujiannya, kalau gak mau saya balik lagi nih ke ruang guru." tegas bu Dwi.

Semua murid yang mendengar suara bu Dwi sudah meninggi seketika langsung diam tak bersuara.

"Mari teman-teman kita berdiri dan berdoa menurut kepercayaannya masing-masing, berdoa di mulai." kata Alvin yang sudah berdiri di depan kelas dengan suara lantang dan terdengar sampai sudut kelas.

"Berdoa selesai."

Setelah selesai berdoa bu Dwi segera membagikan soal kepada murid-murid yang sudah tidak sabar mengerjakan soal yang akan menguras otak dan tenaga.

Dan kini keadaan kelas sangat hening karena sudah masuk kedalam konsentrasi yang sangat dalam dan semuanya berfokus pada soal ujian yang ada di atas meja.

•••••

Terlihat wajah suram pada setiap anak kelas XI IPA yang baru saja melaksanakan ujian matematika.

Tak ketinggalan Nanda, yang juga terpancar wajah suramnya saat keluar dari ruang ujian.  Saat ini mereka bertiga sedang menetralkan pikiran yang tercermar soal-soal matematika yang membuat otak sakit dan nyut-nyutan.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang