"Berdiri." Ucap Rico sang ketua kelas.
"Beri salam." Lanjutnya.
"Selamat siang Bu..." Salam yang diberikan murid XI IPA 5 kepada Bu Rahma yang sudah duduk di mejanya sambil meletakkan buku biologi di atas meja guru.
"Selamat siang, silakan duduk." Ucap Bu Rahma sambil tersenyum.
"Kali ini kita tidak belajar dulu ya, ibu lagi pusing bikin daftar keuangan buat lomba nanti. Jadi kalian baca halaman 65, jangan ada yang berisikan ya" kata Bu Rahma yang membuat semua murid teriak kegirangan.
"Yesss." Semua menyerukan kata itu.
"Stttt, kalo berisik kayak gini mending belajar aja." Kata Bu Rahma memperingati.
Seketika kelas yang tadinya seperti pasar kini hening seperti kuburan.
Nanda, Bella dan Nana hanya ngobrol bersama tanpa memperdulikan perintah Bu Rahma yang baru saja diperintahkan.
Bukan hanya mereka bertiga, tapi hampir semua murid dikelas XI IPA 5 tidak mengindahkan perkataan Bu Rahma tadi. Hanya beberapa orang saja yang melaksanakan tugas itu dengan baik, lainnya asik dengan dunianya sendiri.
"Nan, abis ini lu harus panggil tukang urut. Biar kaki lu sembuh, yakali lu mau jadi panitia lomba jalannya pincang." Saran Bella kepada sahabatnya yang tadi pagi kepleset.
"Iya, nanti gue panggil Bi Surti yang biasa ngurutin bunda gue." Kata Nanda yang menyanggah kepalanya dengan satu tangan diatas meja.
Bi Surti adalah tukang urut sekaligus tukang jamu yang terkenal dikawasan rumahnya.
"Iya tenang aja, jangan pada khawatir gue baik-baik aja kok." Ucap Nanda seperti tidak ada suatu hal yang dipikirkan.
Padahal kini Nanda sedang membayangkan rasanya diurut oleh Bi Surti. "AHHKKK SAKITTT... Bi UDAH UDAH SAKIT BANGET... AHHKKK." Pikiran Nanda sudah membayangkan kejadian sewaktu SMP yang harus diurut oleh Bi Surti.
Nanda memang sangat tidak suka diurut karena menurutnya itu hal yang sangat menyakitkan dan menyeramkan. Dan Nanda selalu menolak untuk diurut atau dipijat.
"Nan, Nanda. Lu ngelamun? Astaga dari tadi kita ngomong gak di jawab." Kata Bella sambil melambaikan tangan tepat didepan wajah Nanda.
"Ehh maaf maaf tadi tadi lu ngomong apa ?" Ucap Nanda sangat kaget karena baru saja tersadar dari lamunannya yang menyeramkan itu.
"Lu nanti pulang bareng siapa?" Kata Nana yang mengulang pertanyaan Bella tadi.
"Ohh, gak tau nih paling naik ojek online." Kata Nanda yang langsung memikirkan nasibnya kalau pulang naik angkot dengan keadaan kaki yang keseleo.
"Yahh gak bisa pulang bareng dong." Kata Nana sambil memandang muka berlagak sedih.
"Lebai ahh" sahut Bella sambil merauk muka Nana.
"IHH MUKA GUE!" Teriak Nana yang membuat heboh satu kelas.
"Bisa tenang sedikit, jangan berisik." Kata Bu Rahma yang menatap satu per satu bola mata murid di kelas itu.
"Ini kelas apa pasar sih?" Lanjut Bu Rahma.
"Ya kelas lah Bu. Kalo pasar emangnya ibu jualan apa di sini?" Kata Jaya sambil tertawa.
Mata Bu Rahma langsung tertuju pada seorang murid yang duduk di dekat pintu kelas.
"Lu si nanya nanya begituan, kumat lagi kan." Kata Audy yang duduk tepat dibelakang Jaya.
"Apa Jaya, tadi kamu nanya apa? Ibu jualan apa?" Tanya Bu Rahma sambil berjalan dan berdiri dihadapan murid-murid XI IPA 5 dengan senyum yang merekah lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Me ?
Teen FictionSemua bermula dari ketidaksengajaan menabrak seorang cowok, Ananda Marsya Jelita (Nanda) merasa tidak enak hati karena membuat minuman cowok itu tumpah ke seragamnya. Ternyata cowok itu bernama Alvin Cahyo Diningrat (Alvin) kelas XI IPA 1 yang sanga...