1. Gak Sengaja

4.2K 226 214
                                    

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur Natal dan Tahun Baru, dan inilah yang di tunggu-tunggu Ananda Marsya Jelita. Dia adalah siswi kelas XI IPA 5 di SMA Cahaya Pelita yang berada di daerah Jakarta Pusat.

Nanda sudah mempersiapkan apa saja yang harus di bawa ke sekolah nanti, dan Nanda sudah siap untuk berangkat ke sekolah.

"Nanda makan yuk, ini bunda udah masakin kamu nasi goreng." Panggilan itu berasal dari Yanti yaitu bunda nya Nanda.

Mendengar hal itu Nanda sangat senang karena nasi goreng adalah makanan kesukaannya.

Nanda berlari turun menyusuri tangga dengan membawa tas ranselnya menuju ke ruang makan dan di dapati nasi goreng yang masih panas dengan satu telur mata sapi yang berada di atas nasi goreng itu.

"Wah, makasih bun." Ucap Nanda yang dibalas senyuman manis oleh bunda nya.

Entah kenapa masakan bunda selalu menjadi favoritnya, dan Nanda bingung apa yang membuat nasi goreng bundanya lebih enak dibanding nasi goreng yang di jual kantin sekolah.

"Wah kamu ya, udah makan duluan." Suara tersebut berasal dari Surya Adi Putra papa Nanda yang kini duduk di depannya dan melahap makanan yang ada di depannya itu.

"Bun, Nanda berangkat duluan ya." Ucap Nanda setelah menghabiskan makanannya dan yang sudah memakai tas ransel berwana biru di pundaknya.

"Kamu berangkat sama papa aja bentar lagi selesai makannya, jangan berangkat sendiri lagi pula ini masih jam 06:25." Saran bunda yang di anggukan oleh papa nya.

Apalah daya Nanda kalau bunda nya yang menyuruhnya, hanya bisa menurut. Lagi pula masuk sekolah masih terbilang sangat lama karena di SMA Cahaya Pelita memulai pelajaran pada pukul 07.00

Nanda menggambil sepatu yang berada di rak sepatu dan mengenakannya, hampir 3 minggu selama liburan sepatu itu tidak di sentuh oleh nya yang membuat sepatu itu sedikit berdebu.

Papa nya menghampiri Nanda yang sedang duduk sambil mengenakan sepatu, "ayo nak kita berangkat." Ajak Surya karena sekarang sudah pukul 06:40

"Bun, Nanda berangkat ya." Teriak Nanda untuk seseorang yang kini sedang di dapur dan di yakini mendengar teriakannya itu.

Bundanya menghampiri papanya untuk mencium punggung tangganya dan Nanda mencium punggung tangan bundanya, setelah itu Nanda dan papanya berjalan ke arah mobil yang terparkir rapih di halaman rumahnya itu.

Nanda melambaikan tangannya kepada bundanya yang kini berdiri di depan pintu dan dibalas lambaian tangan oleh bundanya itu. Kemudian Nanda masuk kedalam mobil milik papanya dan mobil putih itu melesat keluar gerbang rumahnya dan Yanti langsung masuk menutup pintu utama rumah tersebut.

•••••

Sekarang pukul 06:50, sebentar lagi gerbang akan ditutup dan Nanda dari tadi menggerutu dalam mobil karena papanya membuat anak sematawayangnya itu hampir terlambat masuk sekolah karena terlalu lama menyantap sarapan tadi pagi dan karena jalanan Jakarta yang begitu padat.

"Pa makasih ya, Nanda pamit." Nanda berpamitan dengan papa nya sambil mencium punggung tangannya.

"Iya hati-hati, belajar yang rajin." Ucapan itu selalu di lontarkan papanya kalau mengantar Nanda kesekolah.

•••••

Nanda berlari menyusuri koridor sekolah yang sudah dipadati ratusan murid. Sebentar lagi bel masuk sekolah akan berbunyi dan akan ada upacara bendera hari ini karena hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur yang lumayan lama.

Kelas Nanda berada di ujung koridor sekolah, dan sesampainya di kelas suara cempreng sahabatnya menusuk telinga Nanda dan teman-teman sekelasnya.

"Nanda, kok tumben dateng nya telat biasanya lu kalau hari pertama masuk kayak gini dateng paling awal sampe sampe tu gerbang sekolah belom dibuka lu udah dateng." Heboh Nana dengan ekspresi sangat senang dikarenakan orang yang ditunggu-tunggu dari tadi telah datang. Bella yang duduk di samping Nana hanya bisa menutup telinganya dengan kedua tangannya berusaha suara cempreng Nana tidak masuk ke dalam telinga, tapi tetap saja walaupun di tutup masih terdengar sangat nyaring sampai ke gendang telinganya.

Why Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang