Vriend :: 8

15.4K 867 8
                                    

"Gue bisa apa? Lo cuma anggap gue sahabat lo aja. Hati gue buat lo, hati lo buat yang lainnya."
-Aretha Khanza Pramudita-

Aretha hanya bisa terdiam di depan dua orang yang ingin ia hindari hari ini. Sedangkan salah satu dari mereka menatap tajam ke arah Kiara dan Aretha.

"Bang kamu sama siapa di sini?" tanya Kiara sambil melirik gadis yang berada di depannya.

"Kamu ngapain di sini Ra?"

"Bang Verro, ini tempat umum ya! jadi semua orang bisa ke sini. Jadi siapa dia?" ucap Kiara, lalu ia menunjuk ke arah gadis di samping Verro.

"Teman sekelas." jawab Verro.

"Ver sorry ya ganggu. Gue bawa pulang deh nih bocah. Bye Verro, duluan Rayna." ucap Aretha lalu menarik Kiara meninggalkan mereka.

Kiara awalnya menolak, namun akhirnya menurut dengan Aretha. Aretha terus menariknya menuju ke luar pusat perbelanjaannya itu. Dan Kiara yang baru sadar bila Aretha membawanya pulang pun langsung berhenti.

"Kenapa?" tanya Aretha sambil menatap Kiara.

"Kak kita mau pulang? Filmnya belum mulai kak." balas Kiara dengan muka kecewa.

"Gak usah nonton."

"Tapi kak, kita sudah beli tiketnya. Aku ju--"

"Gue ganti ice cream sepuas lo." potong Aretha. Seketika senyum Kiara langsung terlihat, wajah kecewa tadi berubah menjadi semangat dan ceria.

"Beneran kak?"

"Giliran ice cream langsung semangat." ucap Aretha sambil memutar bola matanya.

Dan di sinilah mereka di Rainbow Cafe. Menggagalkan acara nonton mereka. Sekarang Kiara nampak asik dengan ice cream berbagai rasa di depannya. Sedangkan Aretha, dari tadi hanya diam. Gadis itu lebih banyak melamun dan mengabaikan ice cream yang ada di meja depannya.

"Kak kenapa?" tanya Kiara menatap Aretha bingung. Aretha tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Meyakinkan Kiara bahwa ia sedang baik-baik saja.

"Abang ya?" tanya Kiara.

"Eh, kok Verro. Gue gak papa kali Ra." balas Aretha kaget.

"Gue tahu kok apa yang lo rasain kak. Gue setujunya Bang Verro itu sama Kak Aretha. Tadi gue kaget banget. Dia siapanya Bang Verro kak?" ucap Kiara sambil menikmati ice cream.

"Gue sama Verro itu sahabatan Kiara. Murni sahabatan. Hanya sebatas sahabat. Gak usah berlebihan deh." ucap Aretha kesal.

"Gadis tadi, dia murid baru. Satu kelas sama gue." lanjut Aretha.

"Gue gak berlebihan kak Aretha. Gue emang setujunya lo sama Bang Verro. Kalian itu cocok... Eh bentar deh tadi pas gue ke kamar lo. Lo lagi galaukan. Jangan-jangan gara-gara Bang Verro sama cewek tadi." ucap Kiara panjang lebar tiada henti.

"Sumpah deh lo berisik banget. Bawel." balas Aretha.

"Kayak lo gak bawel aja kak. Eh tapi akhir-akhir ini sih gue perhatiin kak Aretha banyak diamnya. Gak seperti biasa selalu banya omong." cerocos Kiara.

"Lebih baik lo diem deh Ra. Daripada ngomel mulu. Tuh cepetan dihabisin ice creamnya keburu meleleh."

"Yaudah deh diem."

Akhirnya Kiara menurut. Ia diam dan menikmati ice creamnya. Sedangkan Aretha sekarang pikiramnya entah kemana. Rasa ice cream yang manis tiba-tiba menjadi pahit sekarang.

Aretha dari tadi menghela nafas. Kenapa dua orang itu selalu terbayang dalam pikirannya. Rasa sesak itu semakin menyiksa. Ini baru sehari. Bagaimana ia melewati hari-harinya nanti. Dulu ia bisa bertahan, tapi sekarang lebih menyakitkan. Seharusnya ia sudah terbiasa. Tapi kenapa ia selalu tak bisa. Bagaimana caranya ia mengabaikan luka? Yang setiap hari semakin bertambah lukanya. Dan sampai kapan ia selalu berpura-pura?

Vriend [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang