Vriend :: 14

15.1K 752 26
                                    

"Apa salah bila ku mencintai sahabatku sendiri?"
-Aretha Khanza Pramudita

Gadis dan sahabatnya itu masih menikmati menu makanan yang telah di pesan. Gadis itu tampak menyukai makanan yang ia makan. Sampai tak sadar kini hari sudah beranjak sore. Sedangkan sahabatnya kini sibuk membaca buku yang baru saja ia beli. Sesekali ia juga memperhatikan gadis itu, tanpa sepengatahuannya.

"Tha, udah sore. Pulang." ucap cowok itu sambil menutup buku yang telah ia baca tadi.

"Tapi ini belum habis, Ver. Gue habisin dulu ya, nanggung." jawab gadis itu sambil menunjuk sepotong cake. Dan cowok itu hanya menganggukkan kepala.

Setelah menghabiskan cake dan membayar makanan tadi mereka pulang. Sekarang mereka berada di dalam mobil, perjalanan ke rumah.

"Verro." panggil gadis itu.

"Apa?"

"Bosen, nih hening. Dengerin radio ya?" tanya gadis itu.

"Iya."

Setelah mendengar cowok itu menyetujui permintaannya, dia langsung memutar radio. Dan kini terdengar lagunya mike mohede yang berjudul sahabat jadi cinta. Gadis itu hendak mengganti, namun ia urungkan. Ia berfikir, jika ia mengganti nanti cowok itu curiga. Jika ia tidak mengganti, nanti ia dikira memberi kode kepada cowok itu. Ia berfikir sampai lagu itu selesai di putar. Tak sadar kini sudah berganti dengan suara penyiar radio.

"Selamat sore para pendengar setia. Seperti yang sudah kalian dengar tadi. Lagu yang berjudul sahabat jadi cinta. Sore yang cerah ini, kita akan membicarakan soal sahabat yang jadi cinta. Hmm... Jaman sekarang lagi banyak ya, yang katanya terjebak friendzone. Apa itu friendzone? Friendzone adalah..."

Gadis itu menegang. Rasanya ia ingin mengumpat kepada penyiar radio itu. Dan sialnya, tangannya terasa kaku ketika akan mematikan radio itu.

"...Oke-oke tadi gue udah jelasin apa itu friendzone. Sekarang gue mau membahas tentang salah gak sih cinta sama sahabat sendiri? Kalau menurut gue sih, ya jelas enggaklah. Kita tidak akan tahu kalau cinta itu akan muncul. Lalu bagaimana? Apakah kita harus mengungkapkannya kepada sahabat kita? Atau akan memendamnya saja? Menurut gue lebih baik..."

"Tha, udah sampai." ucap Verro membuyarkan lamunan gadis itu.

"Hah, eh iya udah gue turun. Hmm... Makasih buat tadi Ver." balas Aretha gugup.

Lalu gadis itu keluar dari mobil lalu berjalan pelan menuju ke rumahnya. Sedangkan Verro, tanpa di sadari Aretha tadi cowok itu tersenyum tipis.

Sesampainya di dalam rumah, gadis itu di sambut oleh wajah marah sang Papa. Gadis itu terdiam setelah menutup pintu dan menatap Papahnya.

"Kamu membolos, Tha?" tanya Brian dengan suara tinggi.

"Tadi, Retha telat Pah. Maaf." balas Aretha pelan dengan menundukan kepalanya.

"Assalamu'alaikum." salam seseorang yang baru saja membuka pintu di rumah itu.

"Wa'alaikum salam." jawab Brian dan Aretha.

"Maaf Om, bisa bicara sebentar?" ucap Verro setelah menutup pintu.

"Baiklah. Retha ke kamar sekarang."  ucap Brian. Kemudian Arertha mengangguk lalu menatap Verro dengan tatapan seoalah menanyakan apa yang akan dibicarakan Verro. Namun, baru sebentar deheman keras Brian membuat gadis itu melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar gadis itu melemparkan tubuhnya pada kasur. Kemudian ia memejamkan matanya. Dan ia pun tak sadar sudah sampai di alam mimpi.

♥♡♥

Vriend [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang