"Tersenyumlah meskipun luka di hatimu begitu parah."
♥♡♥
Di sana, di sebuah padang rumput yang indah. Terlihat seorang gadis yang terduduk di hamparan rerumputan yang hijau. Memakai gaun putih yang indah, serta rambutnya yang terurai. Gadis itu memeluk lututnya. Air matanya jatuh, tak bersuara. Hembusan angin perlahan menerpanya. Membuat rambutnya yang terurai berterbangan.
"Aretha." panggil seseorang yang tiba-tiba berdiri di depan gadis itu. Entah darimana datangnya seseorang itu.
Aretha merasa dipanggil mendongakan kepalanya. Menatap siapa yang memanggilnya.
"Mamah." ucap Aretha sambil tersenyum ke arah seseorang itu.
"Iya, sayang. Kamu kenapa? Jangan menangis. Mamah tidak suka kamu menangis. Hapus air matamu sayang." ucap seseorang itu.
Aretha kemudian menghapus air matanya dan berdiri. Lalu ia memeluk wanita yang ada di depannya itu. Memeluknya sangat erat. Seperti tak ingin ditinggalkan.
"Mamah harus pergi. Aretha jaga diri baik-baik ya. Jangan sampai air matamu jatuh. Tersenyumlah meskipun luka dihatimu begitu parah." ucap wanita itu lalu melepaskan pelukannya. Dan menatap Aretha tersenyum. Lalu menghadap ke belakang dan meninggalkan Aretha yang berdiri di sana. Menatap kepergiannya.
"Mamah, Mamah jangan pergi." ucap Aretha sambil berlari ke arah wanita itu. Namun, serasa jauh. Padahal wanita itu hanya berjalan, dan Aretha berlari, tapi tak dapan menghampiri.
"MAMAH." teriak Aretha.
♥♡♥
"MAMAH." teriak gadis yang kini baru saja terbangun dari tidurnya dan langsung duduk. Tubuhnya berkeringat, nafasnya memburu. Pandangannya kosong, dan setetes air mata jatuh di pipinya tanpa ia sadari.
Ceklek
Pintu kamar gadis itu terbuka. Dan terlihat seorang wanita yang berjalan terburu-buru menghapiri gadis itu. Dengan raut wajah yang terlihat khawatir.
"Aretha, ada apa sayang?" tanya wanita itu saat sudah duduk di pinggiran kasur anaknya.
"Aretha, mimpi buruk Mah." balas Aretha.
Wanita itu lalu mengambilkan segelas air putih yang berada di meja yang berada di kamar Aretha. Kemudian memberikannya kepada Aretha. Dan menyuruh gadis itu untuk minum, agar lebih tenang.
"Mah." panggil Aretha dengan suara seperti akan menangis.
"Apa sayang? Kamu kenapa nak? Sebenarnya ada apa? Kemarin kamu pulang dengan mata sembab. Apa kamu mimpi buruk karena kemarin?" tanya wanita. Aretha menjawav dengan menggelengkan kepala.
Memang, Aretha kemarin pulang dengan mata sembab setelah puas menangis di rumah Mauren. Sebenarnya Aretha ingin menginap di rumah Mauren agar, Mamahnya tidak mengatahui matanya yang sembab. Namun, Mauren menyarankan lebih baik ia pulang agar tidak membuat khawatir orang rumah.
"Ada apa nak? Ceritalah sama Mamah. Mamah akan selalu mendengarkan cerita kamu seperti biasanya." ucap wanita itu sambil tersenyum.
"Mamah tidak akan pergikan?" tanya Aretha membuat senyuman di bibir wanita itu pudar. Namun, dengan cepat kembali lagi senyuman itu.
"Mamah akan selalu bersama, Aretha. Meskipun nanti Aretha tidak tahu keberadaan Mamah. Mamah selalu di sini, di hati Aretha." balas wanita itu sambil memeluk anaknya. Dan tanpa Aretha ketahui, setetes air mata jatuh di pipi wanita itu. Namun, dengan cepat ia hapus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Teen Fiction#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...