Verro POV
Aku menatap gadis cantik yang kini berada di sampingku. Dia memakai gaun biru yang senada dengan pakaian yang ku pakai. Senyumnya tampak merekah sejak tadi pagi. Terlihat memancarkan kebahagiaan. Karena hari ini adalah hari bahagia kita.
Dia, sahabatku. Yang hari ini telah sah menjadi istriku. Menjadi teman hidupku. Apa yang ku rasakan hari ini sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rasanya sungguh bahagia. Apalagi melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.
Aku masih tak percaya jika kini ia telah menjadi milikku. Aku mencintainya, jauh sebelum ia mencintaiku. Namun, aku lebih memilih memendamnya karena tak ingin persahabatan kami rusak karena sebuah rasa. Dari pertama kali aku mengenalnya, aku selalu ingin melindunginya. Meskipun saat itu aku masih anak kecil.
Kebahagiaan dia adalah hal yang paling utama. Aku berusaha membuat ia bahagia. Dan disaat aku mengetahui jika dia mempunyai perasaan yang sama. Ketika aku akan memberanikan diri mengungkapkan perasaanku. Ada sebuah fakta yang mengurungkan niatku.
Ternyata Naufal, sahabatku mencintai dia. Di satu sisi aku tak ingin melukai sahabatku. Di sisi lain aku juga tak ingin melukai orang yang aku cintai. Di saat itulah kebimbangan melandaku. Dan satu fakta lagi yang membuatku bisa memilih. Aku memilih mundur, karena kabahagian sahabat juga berarti untukku. Apalagi, hidupnya tak lama lagi.
Aku merelakannya untuk Naufal, sahabatku. Aku melukainya, aku membuatnya menangis. Dan aku sangat tersiksa oleh hal itu. Namun, inilah keputusan yang aku ambil. Aku sangat berharap Naufal mampu menghapus air matanya dan membuat dia bahagia.
Namun, keputusanku salah. Aku membuatnya semakin terluka, bahkan hampir celaka. Dan dia memutuskan pergi. Di saat aku mengetahui semua kebenarannya. Kepergiannya benar-benar membuatku tersiksa. Aku seperti tak mempunyai semangat lagi.
Semenjak kepergiannya, aku berubah menjadi dingin dengan setiap orang. Terlalu fokus dengan kuliah sampai lupa makan. Tidur pun larut malam, bahkan sama sekali tak tidur semalaman. Semangatku benar-benar telah hilang.
Selama satu tahun aku mencarinya. Namun, ia sangat pintar bersembunyi. Aku sama sekali tak menemukan keberadaannya. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk tak mencari. Bukan karena aku menyerah. Tetapi aku memilih menunggu. Aku yakin, akan ada waktu yang tepat untuk bertemu dengannya.
Setiap hari aku selalu mengirim dia pesan, walau aku tahu nomornya telah tak aktif. Bodoh, iya aku bodoh karena cinta. Aku pun juga selalu mengirim email kepadanya berharap ia akan membukanya. Sampai akhirnya email terakhirku membuat ia kembali.
Sungguh hari itu aku bahagia. Saat melihat sebuah pesan dari Mauren, sahabatnya. Bahwa ia telah kembali, di kota ini. Aku pun langsung meminta bantuan kepada Mauren untuk mempertemukanku dengan dia.
Flashback
Aku sedang berada di rumah, tepatnya di kamarku. Sibuk dengan tugas-tugas kuliah yang kini mempuat kepalaku pening. Namun sebuah pesan langsung membuatku bersemangat.
Mauren
Ver, gue punya kabar bahagia buat lo. Tadi Aretha telfon gue katanya dia mau bertemu gue. Dia bertanya tentang Naufal.Verro
Benarkah? Lo dimana?Mauren
Di rainbow cafe. Aretha sedang perjalanan menuju ke sini. LO JANGAN KE SINI. Gue butuh waktu berdua dulu dengan dia. Mau gue marahin dulu, haha.Verro
😑Mauren
Awas lo ke sini! Gak gue bantuin buat minta maaf sama dia. Lo kalau mau ketemu cari tempat.Mauren
Dia udah datang, nanti kita bicarakan lagi.Aku pun segera bangkit dari dudukku. Membereskan tugas-tugasku. Lalu berganti pakaian. Setelah itu mengambil kunci mobil lalu keluar dari kamar. Dan di saat menuruni tangga aku bertemu dengan Bunda.
"Tumben semangat, Ver. Kayak mau ketemu Aretha aja." ucap Bunda menegurku. Aku pun tersenyum.
"Eh kamu senyum, Ver. Ini Verro anak Bunda. Bunda gak mimpikan Ver." ucap Bunda heboh melihat senyumanku yang dua tahun ini tak terlihat.
"Iya ini, Verro anak Bunda. Verro mau keluar ya, Bun. Doakan Verro berhasil." balasku dengan semangat, lalu mencium punggung tangan Bunda. Sedangkan Bunda masih melongo tak percaya dengan tingkahku yang bersemangat hari ini.
"Assalamu'alaikum Bunda." salamku, setelah itu berjalan keluar rumah dan menuju garasi.
Saat sudah berada di dalam mobil aku pun mengirim pesan kepada Mauren.
Verro
Bawa Aretha ke SMA kita. Kelas kita. Gue otw.Baru saja Aku keluar dari halaman rumahnya. Aku melihat sebuah taksi berhenti di rumah Aretha. Aku pun memperhatikan, dan di sana ada Om Brian yang keluar dari taksi. Jadi benar, Aretha telah kembali. Aku pun segera keluar dari mobil, lalu menghampiriya.
"Om Brian. Apa kabar?" sapaku saat sudah di dekatnya.
"Verro." panggilnya kaget.
"Om Verro minta maaf gagal menjaga Aretha. Verro minta maaf telah melanggar janji Verro untuk menjaganya. Maaf membuat putri Om terluka." ucapku di depannya. Om Verro pun menepuk bahuku.
"Waktu mendengar cerita Aretha. Om marah dengan kamu, Ver. Tapi Om sudah mengenal kamu. Om tahu kamu mencintai putri Om. Pasti ada alasan dibalik semua itu." balas Om Brian, aku menatapnya tak percaya.
"Dia telah kembali. Om beri kesempatan untuk kamu. Selama Om dan Aretha pergi. Om mengawasimu, Om tahu kamu masih mencintai putri kesayangan Om. Bahagiakan dia, jaga dia kembali. Berjanjilah dengan Om lagi. Kamu akan melindunginya kembali." jelas Om Brian membuatku tersenyum.
"Terima kasih Om. Aku janji akan membuat dia bahagia, aku akan menjaganya sesuai janjiku kepada Om dulu. Izinkan aku melamar putri Om." ucapku bersungguh-sungguh.
Om Brian terkekeh, lalu menjawab, "Ini yang Om tunggu. Om izinkan. Kejarlah apa yang dari dulu kau inginkan."
"Terima kasih banyak Om, saya permisi. Mau menemui Aretha. Assalamu'alaikum." pamitku.
Aku benar-benar lebih bersemangat ketika mendapat restu dari Om Brian. Setelah di mobil aku membuka ponsel dan mendapat pesan dari Mauren.
Mauren
Tapi ini hari libur, Ver. Gerbangnya emang gak ditutup? Brina ikut, dia otw ke sekolah.Verro
Masalah gerbang gampang. Gue kenal penjaganya. Pokoknya lo bawa Aretha ke sana."Verro." panggil seseorang yang suaranya sangat aku kenali, membuat lamunanku buyar.
"Iya, Tha. Ada apa? Kamu capek?" tanyaku.
"Ngelamunin apa sih? Dari tadi diam." ucapnya kesal. Aku pun terkekeh lalu menggenggam tangannya.
"Ngelamunin kamulah." balasku sambil menarik hidungnya gemas.
Iya dia adalah Aretha Khanza Pramudita. Yang hari ini telah berganti nama Menjadi Aretha Khanza Richardo. Istriku, sahabatku, orang yang aku cintai, dulu, sekarang dan selamanya.
♥♡♥
Nih yang minta extrapart aku buatkan spesial sudut pandang Verro.
Udah ini aja ya😅11 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Teen Fiction#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...