Vriend :: 13

15K 799 11
                                    

"Jangan kasih aku makanan yang manis-manis. Nanti ujung-ujungnya aku sakit hati, eh maksud aku sakit gigi."
-Aretha Khanza Pramudita-

Sekarang Aretha dan Verro sudah berada di mobil. Sejak tadi Aretha mengerucutkan bibirnya dan marah dengan Verro. Ia kesal dengan Verro, terutama dirinya. Mengapa ia harus susah payah membangunkan cowok itu? Padahal bisa sajakan ia berangkat sendiri dan tidak akan seperti ini.

"Udah deh jangan cemberut." ucap Verro.

"Bodo." balas Aretha cuek.

"Kenapa tadi gak berangkat sendiri sih?" tanya Verro.

"Lima menit lagi Verro. Cepetan dong, nanti kita telat." ucap Aretha mengalihkan pembicaraan.

"Ini juga udah cepat, Aretha." balas Verro.

"Kenapa tadi macet segala sih." gerutu gadis itu.

Sesampainya di SMA Garuda, gerbang sekolah itu sudah ditutup. Aretha yang melihat itu langsung panik. Setelah Verro memberhentikan mobilnya, gadis itu langsung berlari dan berada di depan gerbang.

"PAK, PAK SATPAM. BUKA GERBANGNYA." teriak Aretha saat melihat satpam yang dengan duduk di pos satpam.

Satpam itu langsung menghampiri Aretha. Tetapi tidak membuka gerbangnya. Justru muka galaknya ia perlihatkan ke gadis itu.

"Apa?" tanya satpam itu sinis.

"Pak buka gerbangnya ya plis..." ucap Aretha. Kemudian satpam itu melihat Verro yang keluar dari mobilnya.

"Kalian terlambat terlalu lama. Saya tidak bisa memasukan kalian." ucap satpam itu garang lalu meninggalkan mereka. Tanpa memperdulikan Aretha yang meneriakinya.

"Dasar Pak Satpam sok galak." gerutu Aretha kesal.

"Jadi? Gimana?" tanya Verro.

"Ya Ampun Verro. Ngapain pake nanya segala. Udah tau kita gak boleh masuk. Ini semua gara-gara elo. Biasanya masih bisa masuk meskipun ujung-ujung bersihin toilet. Nah ini kita beneran gak boleh masuk. Terus sekarang lo nanya gimana? Pikir aja sendiri, Ver. Gue lelah." omel Aretha kepada Verro.

"Dasar bawel." ucap Verro.

"Dasar kebo." balas Aretha dengan nada kesal.

"Kita bolos aja, deh Tha. Pulang aja." ucap Verro santai.

"Enak aja. Lo kemarin udah bolos, sekarang lo mau bolos lagi. Bego lo, Ver. Kalau sampai Om Derian tau gimana?" balas Aretha.

"Eh atau kita kayak di film Dear Nathan aja deh, Ver. Manjat pager gitu, kayaknya seru deh." lanjut Aretha dengan memberikan usulan.

"Ogah, gue gak pandai manjat. Percuma kita sampai di dalam. Absen kita tetep aja A. Ini sekolah kita, lebih tertib Aretha.  Dan ujung-ujungnya bersihin toilet. Lo mau?" ucap Verro.

"Gak-gak. Yaudah deh." balas Aretha lesu.

"Yuk pulang." ucap Verro santai lalu masuk ke dalam mobil.

Dengan kesal Aretha mengikuti Verro masuk ke dalam mobil. Setelah ia berada di dalam mobik dan memakai sabuk pengaman. Gadis itu menatap Verro.

"Gue heran deh Ver." ucap Aretha dengan raut muka bingung.

"Why?"

"Lo pintar, tertib. Kenapa sering bolos gara-gara telat. Lucu ya lo." balas Aretha lalu menggelangkan kepala dan menghadap ke depan. Verro hanya diam tak merespon ucapan Aretha. Ia justru serius menyetir mobil.

"Ya deh gue diabaikan. Udah biasa kok." ucap Aretha kesal.

"Gue harus jawab apa?" balas Verro.

"Terserah." ucap Aretha lalu mengalihkan pandanganya ke luar.

Vriend [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang