"Membuka hati untuk orang lain? Sepertinya aku tak bisa. Karena cinta ini terlalu dalam tertanam, susah mencabutnya."
-Aretha Khanza Pramudita-Sinar mentari yang menerobos masuk di kamar bernuansa biru itu membuat pemilik kamar itu terganggu dalam tidurnya. Gadis itu terbangun dan duduk di kasurnya. Melihat ke arah kalender yang berada di meja belajarnya. Matanya yang tadi mengantuk tiba-tiba langung terbuka lebar.
"Tanggal 12 November. OMG." ucap Aretha kaget.
Aretha langsung bangkit dan segera mempersiapkan diri untuk ke sekolah. Setelah ia rapi dengan seragamnya, ia langsung menuju ke ruang makan. Di sana sudah ada kedua orang tuanya yang sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Pagi Aretha." sapa Brian sambil melipat korannya.
"Pagi juga Pah." balas Aretha lalu duduk di kursi.
Aretha hanya diam saat sarapan dengan kedua orang tuanya. Rasanya semakin asing. Aretha rasanya masih belum bisa memaafkan Mamahnya. Namun, dari tadi tanpa diketahui Sonia, Aretha mencuri pandangan ke arahnya. Aretha memperhatikan Ibunya itu semakin kurus dengan bibir yang pucat. Ia ingin sekali bertanya. Namun, rasanya bibirnya sulit sekali tuk terbuka.
"Aretha berangkat dulu ya." ucap Aretha setelah menyelesaikan sarapannya. Kemudian berpamitan dengan kedua orang tuanya. Dan ia pun segera keluar rumah, yang ternyata sudah ada Verro di sana.
"Tha kita jemput, Rayna dulu ya." ucap Verro saat sudah verada di dalam mobil.
"Terserah lo." balas Aretha.
Sesampainya di rumah Rayna. Aretha yang tadinya duduk di depan harus rela duduk di belakang. Memperhatikan sepasang kekasih yang sedang asik di sana.
Sesampainya di sekolah, Aretha langsung keluar dari mobil Verro. Tanpa menunggu sahabatnya itu. Membuat Verro menatap Aretha bingung.
"Selamat pagi Mauren." ucap Aretha saat sudah di bangkunya.
"Pagi juga, Tha." balas Mauren.
"Tumben loh pagi amat." heran Aretha.
"Ssstttt... jangan keras-keras. Gue belum ngerjain tugas kimia. Tadi minta contekan sama Hani, diakan kalau kimia pintar." balas Mauren dengan suara bisikan.
"Hayo pagi-pagi udah ngrumpi. Dasar cewek." ucap Naufal yang baru datang dan Mauren yang berbisik-bisik.
"Apaan sih lo. Dateng-dateng langsung nyambung aja." balas Mauren kesal. Dan Naufal hanya terkekeh pelan lalu duduk di bangkunya.
Tak lama kemudian Verro datang bersama Rayna. Membuat seisi kelas menoleh ke arah pintu, melihat pasangan kekasih yang lagi hangat dibicarakan di SMA Garuda. Aretha hanya melihat sekilas, lalu pura-pura sibuk dengan buku di depannya.
"Pacaran mulu lo berdua." ucap Mauren menyindir. Verro hanya menatap Mauren lalu menaikan sebelah alisnya.
"Iri ya lo Ren. Makanya cari pacar sono. Dasar jomblo." sahut Naufal.
"Lo gak punya kaca ya? Ngaca sono, jomblo teriak jomblo." balas Mauren kesal.
"Udah deh kalian tuh berantem mulu. Gak capek apa." ucap Aretha.
"Naufal duluan."
"Mauren duluan."
Balas mereka bersamaan.
"Terserah kalian." balas Aretha sambil memutar bola matanya jengah.
"Eh ini tanggal berapa sih?" tanya Naufal.
"Tanggal 12, OMG." balas Mauren.
"Ada yang ulang tahun nih. Pajak Ulang tahunnya dong. Traktiran wajib." ucap Naufal sambil tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Teen Fiction#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...