"Aku tahu, aku jauh dari dia yang sempurna. Kemudian, apakah cinta kini terukur oleh rupa dan kecantikan saja? Lalu, cinta yang tulus dari hati itu akan terabaikan keberadaannya?"
-Aretha Khanza Pramudita-♥♡♥
Gadis dengan rambut yang dibiarakan terurai itu sedang asik memakan sarapannya yang ia bawa di rumah. Dengan sahabatnya yang kini duduk di sampingnya. Gadis itu tak memperdulikan suara yang mulai ramai karena teman-teman sekelasnya sudah berdatangan.
"Jadi?" tanya Mauren sambil menatap Aretha dengan menumpukan kedua tangannya.
"Apa?" tanya Aretha balik
"Apa kabar hati lo? Yang gue lihat sih..." Mauren menggantungkan ucapannya dan menatap sekeliling termasuk bangku di belakangnya yang masih kosong. Lalu ia mendekat ke arah Aretha dan melanjutkan ucapannya dengan suara sangat pelan.
"Verro lebih dekat dengan Rayna." lanjutnya.
"Bodo amat. Biarin aja. Malas gue bahas mereka. Bikin gak mood." balas Aretha dengan kesal.
Baru saja dibicarakan dua orang itu terlihat masuk kelas bersama. Aretha pun menghentikan makannya dan menutup kotak makannya. Lalu ia membuka novel dan membacanya. Sudah beberapa bulan ini Rayna semakin dekat Verro. Membuat Aretha harus bersandiwara di depannya. Berpura-pura bahagia, padahal dalam hati terluka.
Semenjak ia terlambat dengan Verro beberapa bulan yang lalu, Verro berusaha bangun pagi. Karena Brian yang meminta Verro agar tidak terlambat lagi. Dan Brian tidak mengizinkan bila Aretha menyetir mobil sendiri. Ia tidak tega jika anak semata wayangnya itu menyetir mobil sendiri. Ia lebih memilih jika Aretha berangkat bersama Verro. Karena Brian percaya Verro bisa melindungi Aretha.
"Dari mana Ver?" tanya Mauren.
"Kantin." jawab Verro singkat.
"Cueknya kambuh." gumam Mauren.
"Hello guys." ucap Naufal yang baru datang dan entah kapan sudah berada di bangkunya.
"Tumben siang Fal?" tanya Aretha.
"Tadi kesiangan, Tha. Alarmnya gak bunyi." balas Naufak lalu duduk di bangkunya.
Tak lama kemudian terdengar suara bel tanda masuk berbunyi. Semua murid-murid yang berada di luar kelas masuk kedalam. Dan kelas yang ramai mendadak hening ketika guru yang mengajar datang.
♥♡♥
"Lihat deh sekarang Verro dekat dengan Rayna"
"Terus Aretha dikemanain?"
"Gue dukung deh Verro sama Rayna."
"Iya gue juga dukung mereka. Rayna kan lebih perfect."
"Cantikan Raynalah daripada Aretha."
"Sempurna deh Rayna."
"Gue sih dukungnya Verro-Aretha, secara mereka sudah dekat lama. Mereka kelihatan cocok."
Suara bisik-bisik dari murid-murid Garuda ketika Aretha kini berjalan dengan bersama dengan Mauren menuju kantin untuk makan siang. Dan Verro kini berjarak 5 meter di depan mereka bersama Rayna.
"Ren, lo duluan ya. Gue ke kamar mandi." ucap Aretha lalu pergi tanpa mendengar balasan dari sahabatnya.
Aretha berbohong, dia tidak ke kamar mandi. Melainkan kini ia berada di belakang gedung sekolah. Rasanya ia ingin berteriak kepada mereka. Rasanya ia ingin pergi dari sana. Ia tahu ia tak sesempurna Rayna. Ia tak secantik Rayna. Tapi apakah ia salah bila dekat dengan Verro? Apakah ia salah jika hatinya kini terisi nama Verro. Ia tahu ia tak pantas dengan Verro. Tapi bolehkah ia berharap dengan Verro?
Aretha terkadang membenci dirinya sendiri. Kenapa rasa itu harus muncul. Kenapa rasanya begitu semenyakitkan ini ketika melihat Verro dengan dia? Kenapa ia tak terima ketika orang-orang membandikannya dengan dengan dia?
Gadis itu melamun, otaknya sedang berfikir. Sampai tak sadar jika kini seseorang tengah duduk di sampingnya. Dari tadi orang itu hanya diam, tak tahu harus berkata apa?
"Jangan melamun." akhirnya seseorang itu membuka suara, membuat Aretha kaget dan langsung menoleh ke arahnya.
"Siapa yang melamun?" tanya Arerha lalu memandang ke depan.
"Kalau lo gak melamun, gak mungkin lo sampai gak sadar kehadiran gue." balas seseorang itu. Aretha hanya terdiam tak membalas.
"Belakang sekolah yang sepi, dengan suasana yang sejuk memang cocok ya buat orang patah hati." ucap seseorang itu.
"Maksud lo?"
"Jangan didengerin omongan orang lain tentang lo." ucap seseorang itu mengalihkan pembicaraan.
"Malas juga dengerin mereka. Tapi sayangnya gue punya kuping yang masih berfungsi untuk dengerin." balas Aretha.
"Anggep aja anjing menggonggong. Mereka yang membicarakan lo itu iri sama lo. Karena lo bisa dekat dengan Verro. Biarkan mereka berkata. Jangan jadikan ucapan mereka membuat lo lemah. Lo harus nunjukin ke mereka bahwa lo bukan seperti yang mereka bilang."
"WOW, seorang Naufal bisa berkata seperti itu?" ucap Aretha tak percaya.
Naufal terkekeh lalu mrngacak rambut Aretha, kemudian membalas ucapan gadis itu, "Lo kira gue hanya bisa bercanda terus, orang yang biasa bercanda juga bisa serius kali, Tha."
"Iya-iya, makasih Fal. Lo emang sahabat yang baik deh." ucap Aretha sambil tersenyum.
"Iya." balas Naufal sambil tersenyum miris.
"Ke kantin yuk, lo gak makan?" lanjutnya.
"Gak nafsu makan." balas Aretha.
"Harus makan, Ayo." ucap Naufal lalu berdiri dan mengulurkan tangannya ke arah Aretha.
Aretha hanya menatap tangan kanan Naufal. Lalu ia menatap Naufal. Dan cowok itu hanya menaikan sebelah alisnya.
"Cepetan sebelum masuk." ucap Naufal.
Arertha kemudian menyambut uluran tangan Naufal dan berdiri. Lalu mereka berjalan menuju kantin, namun genggaman tangan itu sudah dilepaskan oleh Naufal.
Sesampainya di kantin mereka menuju meja yang kini hanya ada Mauren saja. Dengan wajah kesal ia menyambut kedatangan Aretha dan Naufal.
"Dari mana aja sih lo, Tha? Lama amat? Gak ngertiin gue sendirian kek begini. Tega loh." ucap Mauren pura-pura marah.
"Maaf Ren, kamar mandinya penuh jadi gantian." jawab Aretha lalu duduk di kursi yang kosong.
"Gue pesen makanan dulu ya. Lo mau pesen apa, Tha? Gue pesenin." ucap Naufal.
"Kayak biasanya aja, Fal." balas Aretha. Lalu Naufal pergi memesan makanan.
"Kok bisa sama Naufal?" tanya Mauren.
"Tadi ketemu mau ke kantin. Jadi sekalian deh kesini bersama." jawab Aretha.
"Eh gue saranin jangan lihat arah jam 9 ya. Nanti lo sakit mata." ucap Mauren.
"Ada apa?" tanya Aretha. Menghiraukan ucapan Mauren, Aretha menoleh ke kiri. Di sana ada Verro dan Rayna yang tampak asik berdua. Dan untuk kesekian kalianya hati Arethw kini terluka.
"Udah gue bilang jangan nengok." ucap Mauren kesal lalu memegang kepala Aretha dan membuat Aretha menghadap ke depan.
"Habisnya lo bikin penasaran. Bilang aja kalau ada Verro sama Rayna yang lagi asik bercanda. Apa susahnya. Biar sekalian gue terluka. Udah biasa." ucap Aretha dengan cepat, seperti tak ada tanda titiknya.
"Ada apa nih? Muka lo kenapa, Tha? Kok lecek kayak baju belum kesetrika setahun." ucap Naufal yang baru datang.
"Bukan hanya belum kesetrika fal. Tapi juga belum dicuci 10 tahun." sahut Mauren.
"Apaan sih? Jangan bikin gue ingin numpahin nih sambel ke muka kalian ya." balas Aretha kesal sambil mengaduk-aduk sambel di depannya.
"Aduh aku takut Fal, ayo kabur." ucap Mauren dengan nada suara seolah oleh takut. Dan Aretha melototkan matanya ke arah Mauren.
♥♡♥
31 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Teen Fiction#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...