"Apa aku tak pantas tuk bahagia?"
-Aretha Khanza Pramudita-Di halaman SMA Garuda, terlihat seorang gadis yang berlari menuju ke kelasnya. Dan gadis itu berhenti seketika saat sudah berada di pintu kelasnya dan melihat sudah ada guru yang mengajar di sana.
"Eh Bu Ana sudah datang. Selamat pagi Bu." ucao gadis itu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu memasuki kelasnya.
"Siapa yang nyuruh masuk?" tanya Bu Ana galak membuat langkah gadis itu berhenti.
"Gak ada sih Bu. Tapikan ini kelas saya. Saya mau duduk terus belajar. Terus bu, pagi-pagi jangan galak nanti tambah cantik loh."
"ARETHA KHANZA PRAMUDITA, LARI KELILING LAPANGAN 5 KALI DAN JANGAN KEMBALI SAMPAI ISTIRAHAT." teriak Bu Ana membuat seisi kelas ingin menutup telinganya.
"Jangan teriak kali, Bu. Tadi saya ke sini sudah lari loh bu, masa lari lagi 5 kali lagi. Lelah bu hati ini." balas Aretha semakin gak jelas, membuat Mauren menatap Aretha kaget.
"Haduh sahabat gue lagi konslet ya? Udah tahu Bu ana killer banget, masih aja dilawan." gumam Mauren sambil menepuk jidat.
"LARI 5 KALI ATAU 50 KALI?" teriak Bu Ana lagi.
"5 kali aja bu, Bye Bu Ana saya lari duluan." balas Aretha lalu langsung lari, pergi dari sana.
Sedangkan Bu Ana memijat pelipisnya lalu menggelengkan kepalanya. Kemudian melihat murid-muridnya yang masih terbengong menatapnya.
"Kenapa? Kalian juga ingin lari seperti Aretha?" tanya Bu Ana galak reflek membuat seisi kelas menggelengkan kepala kecuali, Mauren, Verro, dan Naufal. Namun, tak di ketahui oleh Bu Ana.
"Cepat kerjakan yang ada di papan tulis, 10 menit selesai, kumpulkan." ucap Bu Ana lalu duduk di kursinya.
"Gila." ucap Naufal keras tak sadar.
"Kenapa Naufal? Keberatan? Silakan kelaur tidak usah ikut pelajaran saya." ucap Bu Ana sambil menatap Naufal garang.
"Tapi, Bu--"
"Keluar, tidak ada tapi-tapian." potong Bu Ana saat Naufal akan membalas ucapan guru itu.
Naufal pun segera keluar dari kelas. Kemudian ia berjalan ke arah lapangan, tempat Aretha menjalankan hukuman. Ia ingin ikut Aretha berlari namun, gadis itu justru menghampiri Naufal.
"Lo kenapa keluar kelas? Kena hukum si killer?" tanya Arretha saat sudah di depan Naufal.
"Gitu deh. Sana lanjut lari!" balas Naufal.
"Ogah. Capek gue. Udah dua putaran kok. Perpus yok." ucap Aretha lalu berjalan ke arah perpus. Sedangkan Naufal menggelengkan kepalanya juga melangkahkahkan kakinya mengikuti Aretha.
"Loh, Tha kok gak masuk kelas?" tanya petugas perpustakaan saat Aretha sudah berada di dalam perpustakaan SMA Garuda.
"Gak mbak. Enak di perpus." balas Aretha sambil terkekeh pelan.
"Kena hukum tuh mbak." sahut Naufal.
"Lo juga kali Fal." balas Aretha lalu berjalan ke arah bangku yang biasanya ia duduki. Sedangkan Naufal berbelok ke rak-rak tinggi dengan berbagai buku di sana yang tertata rapi.
Setelah Aretha duduk di bangku biasanya. Ia mengeluarkan note booknya dan tak lupa sebuah bolpoin. Ia mulai mencoretkan setiap kata pada bukunya itu.
Kamu tahu?
Apa hal yang paling aku takutkan dulu
Ketika kita sudah beranjak remaja
Dan mulai mengenal apa itu cinta
Aku takut, takut jatuh cinta
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Teen Fiction#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...