Vriend :: 26

15.6K 812 6
                                    

"Sebesar apapun masalahmu harus kau hadapi. Dan tersenyumlah meskipun ada luka di hati."

♥♡♥

Perkataan Aretha masih saja terngiang di telinga Verro. Dari tadi ia menggelengkan kepala. Mengacak rambutnya, terlihat bingung akan sesuatu. Ia kini berada di kamarnya. Tepatnya di balkon kamarnya.

"Apa keputusan gue udah tepat?" tanyanya pada diri sendiri.

"Apakah gue bahagia?" tanya Verro lagi pada dirinya.

Sedangkan di ruang tamu keluarga Richardo terlihat dua orang yang saling berbicara di sana.

"Aretha gak mau pulang sebelum Papah pulang." ucap Aretha kepada seseorang yang kini duduk di sofa ruang tamu Richardo.

"Mamah akan jelasin semua, sayang. Pulang ya." bujuk orang itu.

"Semua udah jelas gak perlu dijelasin. Mending Mamah cari Papah sebelum datang ke sini." ucap Aretha pelan lalu meninggalkan Sonia yang masih duduk di sana. Menatap anak semata wayangnya dengan kesedihan yang terpendam. Aretha berjalan menuju dapur dan meminum segelas air putulih tuk menenangkan pikirannya.

"Aretha, sebaiknya kamu dengerin dulu penjelasan, Mamah kamu." ucap Vira saat bertemu dengan Aretha di dapur.

"Aretha masih butuh waktu sendiri Tan." balas Aretha yang kini sudah duduk di kurai pantry.

"Dengerin tante. Jangan lari dari masalah, sekecil apapun masalah itu. Lebih baik dihadapi daripada ditinggal pergi dan belum juga diakhiri permasalahan itu." ucap Vira menasehati gadis itu.

"Setiap kehidupan manusia pasti akan menjumpai suatu permasalahan, Tha. Bahkan masalah bisa datang secara tiba-tiba, ataupun tak ada hentinya. Yang harus kamu lakuan adalah hadapi semua masalah itu sampai selesai, nanti kamu baru bisa bernafas lega." lanjutnya.

"Makasih, Tante. Tante the best deh." balas Aretha sambil tersenyum.

"Nah gitu dong senyum. Sebesar apapun masalahnya kamu harus bisa tersenyum, itu baru namanya terhebat. Tapi jangan senyam-senyum terus, nanti dikira orang gila." ucap Vira lalu terkekeh pelan.

"Iya, Tante. Siap." balas Aretha.

"Ada apa nih? Ara gak diajak." ucap Ara yang baru saja memasuki dapur.

"Anak kecil gak boleh tahu." jawab Aretha sambil terrawa krcil.

"Enak aja, Ara udah besar ya Kak. Udah mau SMA gini." balas Ara sambil mendengus kesal.

"Udah hampir siang ni. Gimana kalau kita buat makan siang. Setuju gak?" usul wanita paruh baya itu.

"Setuju banget." balas Aretha dan Ara bersamaan.

Dan ketiga perempuan itu mempersiapkan makan siang. Aretha tampak menikmati suasana di sana. Bercanda tawa dengan Vira juga Ara. Melupakan sejenak rasa sedihnya. Dan tanpa mereka ketahui, Verro memperhatikan dari kejahuan. Ia bernafas lega ketika melihat senyum di bibir sahabatnya itu.

"Hei Ver." ucap Derian sambil menepuk pundak anakanya itu. Membuat Verro kaget.

"Ayah."

"Kamu lihat siapa, hem? Aretha? Dia gadis yang kuat, Ver. Ayah bisa melihat itu. Dan Ayah juga bisa melihat, anak Ayah ini sangat khawatir dengan Aretha." ucap Derian sambil tersenyum.

"Verro juga tahu, Yah. Aretha itu gadis yang kuat." balas Verro. Matanya masih tertuju pada satu titik yang jauh dari tempatnya.

"Dan tugas kamu adalah membuatnya semakin kuat. Aretha memang terlihat kuat di depan kita, tapi ia rapuh saat sendirian. Janji sama Ayah, kamu harus buat Aretha bahagia. Jangan membuat dia terluka apalagi sampai meneteskan air mata." ucap Derian membuat Verro menoleh dan memperhatikan Ayahnya.

Vriend [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang