Vriend :: 18

14.2K 754 6
                                    

"Yang kelihatannya baik itu kadang lebih berbahaya daripada musuh di depan kita."

♥♡♥

Aretha masih saja diam belum membuka suara. Sekarang ia berada di dalam sebuah taksi dengan seseorang yang menyelamatkannya. Jujur, Aretha masih sangat kaget. Kaget yang dikarenakan oleh orang yang menolongnya kini.

"Lo masih shock, Tha?"

"Hah... Eh iya." balas Aretha. Lalu ia menoleh ke samping.

"Rayna, makasih ya." ucap Aretha. Orang di sampingnya itu hanya mengangguk dan tersenyum.

Aretha meringis. Rayna menolongnya? Rasanya pertanyaan itu masih saja memenuhi pikirannya. Jujur, gadis itu tak percaya dengan seseorang yang di sampingnya. Benarkah?

Pusing banget kepala gue.

Ucap aretha dalam hati.

"Udah sampai rumah lo, Tha. Lain kali jangan pulang sendirian." ucap Rayna memecah lamunan Aretha.

"Eh iya, Na. Sekali lagi makasih ya." balas Aretha lalu keluar dari taksi itu dan berjalan memasuki rumahnya.

Dan meskipun sekarang ia sudah berganti baju dan duduk di kursi santai gantung yang berada di balkon kamarnya, gadis itu masih saja memikirkan kejadian tadi. Sesekali ia menggelengkan kepalanya. Ataupun berbicara sendiri, seperti orang gila.

"Hah... Bodo amat, bodo amat. Ngapain gue pikirin. Kalau dia baik kan seharusnya alhamdulillah. Ngapain gue gak terima." gerutu Aretha.

Kemudian ia mengambil ponselnya yang berada di pangkuannya. Lalu menelfon seseorang.

"Halo... Mauren yang cantik tapi gue bohong. Sibuk gak?" ucap Aretha dengan seseorang yang ia telfon.

"Gue cantik beneran kali, Tha. Apaan? Ganggu orang lagi bocan lo." balas Mauren.

"Pantesan suara lo kek bangun tidur."

"Ada apa, Tha? Lo udah sampai rumah dengan selamatkan?"

"Gue pulang gak sama selamat. Btw, Selamat itu siapa sih gue gak kenal?"

"Itu loh tukang jual peka depan sekolah." balas Mauren kesal.

"Berapa sekilonya?" tanya Aretha.

"100 miliar. Eh kenapa jadi ngelantur sih. Lo kenapa tumben nelfon?"

"Lagi ada gratisan."

"Yaelah seorang Aretha dapet gratisan nelfon. Dapet darimana? Selokan? Lo nelfon aja jarang."

"Dari abang."

"Abang apa?"

"Abang tukang bakso, mari-mari sini Mauren mau beli." Aretha menjawab dengan bernyanyi lagu anak-anak itu.

"Jangan pakai saos ya? Cuma lima ratus perakkan?"

"Berapa mangkok neng?"

"Setengah manggo aja ya. Mangkoknya dipecah jadi dua dulu."

"Kita gaje deh Ren." lanjut Aretha sambil terkekeh.

"Biarin yang penting bahagia. Lo tadi mau ngomong apaan? Dari tadi ngomongnya ngelantur mulu."

"Hm... Menurut lo Rayna itu gimana, Ren?"

"Ngapain tanya? Jangan-jangan lo suka Rayna ya?" tanya Mauren sambil terkekeh.

"Amit-amit gila ya lo. Gue masih normal kali. Udah jawab aja apa susahnya sih."

"Terus ngapain lo tanya kek gitu?"

Vriend [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang