"Yang selalu membuat tawa. Terkadang, bisa saja membuat luka."
-Aretha Khanza Pramudita-Gadis cantik itu menoleh ke belakang ketika mendengar ada yang memanggilnya. Ia kenal dengan suara itu. Namun, sayangnya itu bukan orang yang ia harapankan datang.
"Lo kenapa?" tanya seseorang itu lalu berjalan duduk di samping Aretha.
Aretha berusaha tersenyum. Menampilkan bahwa ia baik-baik saja. Ia tak ingin orang-orang tahu akan luka yang kini menganga lebar di hatinya.
"I am fine." jawab Aretha dengan masih tersenyum.
"Gue tahu, senyum lo palsu. Senyum itu buat nutupin luka lo sekarangkan?"
"Luka? Luka apaan Naufal. Gue gak jatoh kok tadi, tuh gak ada yang lukakan. Gue baik-baik aja." jawab Aretha dengan tertawa.
"Bukan fisik yang luka, tapi hati. Iyakan?" ucap Naufal sambil menatap mata Aretha berusaha mencari kejujuran lewat mata itu.
"Udah deh gak usah ngelantur. Ke kelas duluan gue, bentar lagi masuk." balas Aretha lalu berdiri.
Saat hendak ingin melangkahkan kaki, tiba-tiba naufal mencekal tangan Aretha. Aretha pun menoleh ke arah Naufal. Dan menatap naufal seoalah-olah berkata 'ada apa?'.
"Nih Roti, lo belum makan. Nanti mag lo kambuh." ucap Naufal sambil menyerahkan sebungkus roti ke arah Aretha.
"Gak u--"
"Terima, Tha." potong Naufal, ia tahu Aretha pasti menolak pemberiannya.
"Oke, thanks." ucap Aretha sambil mengambil roti pemberian Naufal.
Lalu mereka pergi bersama menuju ke kelas. Sesampainya di kelas, Aretha menunjukan sikap biasa saja. Seolah-olah ia tak apa-apa. Kembali ceria lagi seperti biasanya.
"Lo dari mana Tha?" tanya Mauren, lalu melihat Naufal yang di belakang Aretha. "Sama Naufal?"
"Cari udara segar, sebelum ulangan. Iyakan Fal?" balas Aretha sambil tersenyum. Lalu ia duduk di bangkunya.
"Iya Ren, sebelum pusing-pusing refreshing dulu." sahut Naufal.
"Oh."
"Gue punya roti nih Ren, lo mau gak?" tanya Aretha sambil memperlihatkan roti pemberian Naufal tadi.
"Lo makan aja Tha. Gue tahu lo belum makan." balas Mauren.
"Oke."
Tak terasa sudah waktunya pulang sekolah. Kini kelas sudah sepi. Hanya tertinggal lima orang saja. Mereka adalah Arertha, Verro, Mauren, Naufal, dan murid baru tadi.
"Guys gue duluan ya." ucap Mauren sambil berdiri. Dan ia menatap ke arah Aretha, Verro, dan Naufal.
"Lo naik apa Ren? Bukannya lo tadi diantar?" tanya Naufal.
"Gue cari taksi nanti, gampanglah." jawab Mauren santai.
"Gue anterin ya. Rumah kitakan searah." ucap Naufal.
"Boleh tuh, hemat duit." balas Mauren sambil terkekeh pelan. Kemudian Mauren dan Naufal pamit pulang duluan.
"Ver, balik yuk." ucap Aretha.
"Hmm... Tha maaf ya. Gue ada janji sama Rayna. Lo pulang sendiri ya." balas Verro.
Aretha langsung menatap ke arah Rayna yang kini berjalan ke arah bangku Verro. Ia mencoba untuk tersenyum.
"Oh, oke. PDKT ya lo." goda Aretha berbisik sambil tertawa kecil. Meskipun kini hatinya rasanya entah seperti apa. Ia justru menambah sendiri hatinya tak karuan hancurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Genç Kurgu#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...