Vriend :: 5

18.5K 956 10
                                    

"Suka? Tidak aku tidak suka dengannya. Rasa ini lebih dari sekedar suka."
-Aretha Kanza Pramudita-

Gadis berpakaian seragam sekolah itu berjalan memasuki sebuah cafe yang bernama "Rainbow Cafe". Dan di belakangnya ada seorang gadis yang berseragam sama berlari ke arah gadis itu.

"Kan tadi gue bilang tungguin Tha, bukan tinggalin." ucap gadis yang berlari tadi.

"Gue laper banget Ren, pengen cepet-cepet pesen." balas Aretha sambil terkekeh pelan lalu duduk di sebuah kursi. Kemudian ia memanggil pelayan di cafe itu dan memesan makanan.

"Ya tapi tungguin gue lah Tha. Gue kan masih parkir mobil."

"Lain kali gak gue tinggal deh." sahut Aretha.

"Oh iya Tha? Tumben lo gak sama Verro?"

"Dia lagi sibuk sama basket, jadi gue bebas deh." balas Aretha.

Cafe bertemakan pelangi ini mempunyadi dekorasi yang indah dan unik. Dengan berbagai macam warna ada di dalam cafe ini. Mulai dari kursi dan meja yang warna warni, berbagai gambar unik di dinding dengan warna yang beragam, sampai makanan yang unik karena berwarna-warni serta berbentuk lucu-lucu.

Selain itu di sini ada sebuah panggung yang disediakan untuk penyanyi yang telah disewakan untuk menghibur para pengunjung. Membuat suasan cafe ini menjadi lebih nyaman untuk makan dengan diiringi lagu-lagu yang indah. Kebanyakan orang-orang di cafe ini adalah para remaja SMP, SMA, hingga mahasiswa.

"Selamat siang semua. Semoga lagu yang saya nyanyikan hari ini dapat menghibur kalian. Lagu ini ku persembahkan untuk orang-orang yang sedang jatuh cinta kepada sahabatnya." ucap gadis yang berada di atas panggung itu.

Kemudian suara alunan piano yang indah terdengar. Juga suara gadis itu yang merdu menyanyikan lagu Mike Mohede yang berjudul sahabat jadi cinta.

Bulan terdampar dipelataran
Hati yang temarang
Matamu juga mata-mataku
Ada hasrat yang mungkin terlarang

Satu kata yang sulit terucap
Hingga batinku tersiksa
Tuhan tolong aku jelaskanlah
Perasaanku berubah jadi cinta

Tak bisa hatiku menafikkan cinta
Karena cinta tersirat bukan tersurat
Meski bibirku terus berkata tidak
Mataku terus pancarkan sinarnya

...

Sahabat Jadi Cinta_Mike Mohede

Aretha menikmati makan siangnya sambil mendengarkan lagu yang sedikit menyindirnya itu.

"Ehem, sahabat jadi cinta." ucap Mauren sambil terkekeh pelan.

"Apaan sih Ren?"

"Gak kesindir tuh."

"B aja Ren." balas Aretha lalu meminum milkshake cokelatnya.

"Yakin nih B aja. Oh iya basket lo lumayan membaik tuh, rajin latihan nih sama Verro." goda Mauren.

"Gue bisa karena gue mau usaha dan dibantuin Verro."

"Lo sebenarnya suka gak sih sama Verro Tha?" tanya Mauren serius.

"Gue hanya nyaman bersamanya." balas Aretha lirih.

"Nyaman? Jujur lah Tha, lo sayang sama Verro lebih dari sekedar sahabatkan? Jangan dipendem sendiri Tha, ceritalah."

"Harusnya gue jujur?" tanya Aretha.

"Wajiblah Tha, gue lo anggap apa lo gak mau jujur sama gue. Gue sahabat lo Tha. Gue siap mendengar keluh kesah lo, cerita lo. Tapi kalau lo gak siap untuk jujur sekarang, gue akan tunggu sampai lo siap." ucap Mauren.

"Gimana ya Ren, gue bingung."

"Bingung? Bingung kenapa Tha? Gini deh jawab pertanyaan gue. Lo suka gak sama Verro?"

Aretha terdiam, memikirkan pertanyaan Mauren. Suka? Tidak ia tidak suka Verro. Rasa yang hinggap di hatinya bukan hanya sekedar suka. Aretha bingung akan menjawab apa. Ia memilih diam untuk sesaat saja.

"Gimana ya Ren, kapan-kapan aja ya. Gak mood." balas Aretha akhirnya.

"Alesan aja lo Tha. Bilang aja gak mau jujur." sahut Mauren.

Aretha berdecak kesal. Sahabatnya itu selalu aja tahu. Ia tak siap bila harua jujur sekarang.

"Kenapa diam Tha? Benerkan?" lanjut Mauren.

"Mauren, Aretha." panggil seseorang yang menghampiri mereka.

Aretha menghela nafas, akhirnya ada seseorang yang datang. Ia bisa mengalihkan pembicaraan. Ia tak ingin membalas pertanyaan sahabatnya itu. Ia belum siap.

"Naufal, lo gak basket?" tanya Mauren.

"Gak Ren, tadi disuruh nganter Nyokap ke dokter." jawab Naufal sambil duduk di salah satu kursi yang kosong.

"Tante Fei sakit? Terus Tante Fei dimana sekarang?" tanya Aretha.

"Biasa darah tingginya naik lagi, gara-gara abang gue tuh cari masalah. Udah gue anter pulang." balas cowok itu lalu memanggil pelayan dan memesan makanan.

"Terus kenapa bisa sampai ke sini?" tanya Mauren.

Aretha tersenyum dalam hati. Ia sangat berharap Mauren melupakan pembicaraan tadi. Bukannya Aretha tidak ingin jujur dengan sahabatnya. Tapi hanya ingin memendamnya dulu. Ia tak ingin semua orang tahu apa yang ia rasakan. Karena ia takut, dengan ia membicarakan rasa itu dia akan pergi menjauh darinya.

"Suntuk di rumah. Abang gue cari gara-gara terus." jawab Naufal.

"Jangan lari dari masalah gitu dong Fal. Lo omongin baik-baik sama abang lo." ucap Mauren.

"Gak bakal bisa Ren. Abang gue terlalu egois." balas Naufal lalu menghela nafas.

"Oh iya Tha. Verro basket?" lanjut Naufal.

Aretha berdecak kesal. Pembicaraan ini lagi. Pembicaraan yang selalu ia hindari. Yang tak ingin ia bahas sama sekali. Aretha menghela nafas. Lalu menjawab dengan anggukan kepala.

"Tumben lo bebas? Biasa lo nungguin dia?" tanya Naufal lagi.

"Emang gue harus sama dia terus gitu. Ada saatnya gue gak harus sama dia Fal. Gue punya hidup gue sendiri." jawab Aretha.

"Tha lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi. Lo suka sama Verro kan?"

"Harus ya Ren gue jawab. Gak penting tauk." balas Aretha lalu menghela nafas.

"Terserah deh Tha."

"Lo marah?" tanya Aretha.

"Gak. Pulang yuk udah mau sore."

"Oke. Kita pulang dulu ya Fal." ucap Arerha lalu berdiri.

"Duluan Fal." ucap Mauren.

Kemudian mereka berjalan keluar dari cafe itu setelah membayar. Sesampinya di dalam mobil Aretha mengamati sahabatnya itu. Ia tahu, sahabatnya itu pasti kecewa dengan dia. Haruskah ia jujur dengan sahabatnya itu.

"Ren, gue gak suka sama Verro. Tetapi, lebih dari sekedar rasa suka." ucap Aretha akhirnya.

***

28 Januari 2018

Vriend [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang