Vriend :: 9

15.2K 871 11
                                    

"Terkadang orang yang membuat kita tertawa adalah orang yang paling membuat kita terluka."
-Aretha Khanza Pramudita-

Setelah Verro mengucapkan bahwa ia hanya sebatas sahabat saja dengan Aretha, cowok itu langsung diam. Ia melamun, entah apa yang ada dipikirannya. Sedangkan adiknya menatap kakaknya itu dengan ekspresi bingung.

Karena masih saja melamun, akhirnya Kiara menepukan tangannya tepat di depan mata cowok itu. Seketika Verro kaget dan Kiara hanya terkekeh melihat kakaknya kaget.

"Anjir kaget gue." ucap Verro kaget.

"Makanya Bang, jangan melamun. Mikir apa sih? Kak Aretha? Makanya bang, pacarin kak Aretha. Jangan disakitin mulu." ucap Kiara.

"Siapa yang melamun? Abang gak melamun, Ara. Jadiin Aretha pacar abang?..." ucap Verro menggantung lalu terkekeh. "Gak mungkinlah Ra. Dia itu sahabat abang. Sahabat Ra." lanjutnya.

"Yang gak mungkin bisa jadi mungkin, Abang." ucap Kiara gemas.

"Oh iya tadi kamu bilang apa? Jangan nyakitin Aretha? Emang Abang nyakitin Aretha?" tanya Verro sambil menaikan alisnya yang sebelah.

"Hmm.. Gini ya Bang. Terkadang tanpa sepengetahuan kita, kita telah menyakiti orang lain." balas Kiara.

"Terus Abang nyakitin Aretha gimana?"

"Nah kalau itu Ara gak bisa kasih tahu. Abang pikir sendiri, Abang kan pintar." ucap Kiara lalu terkekeh.

"Ara kembali ke kamar dulu ya, Bang. Udah malam. Good night, Bang." lanjut Kiara lalu keluar dari kamar.

Sedangkan Verro menatap kepergian adiknya, lalu tersenyum masam. Kemudian ia keluar menuju balkon di kamarnya. Menatap ribuan bintang yang kini bertaburan menghiasi gelapnya malam. Ia mengalihkan pandangnya menuju kamar yang berada di sebrang kamarnya. Lalu ia tersenyum tipis menatap kamar itu.

***

"Assalamu'alaikum." salam seseorang yang kini memasuki sebuah rumah.

"Wa'alaikum salam." jawab wanita paruh baya dari dapur. yang kini telah menyiapkan sarapan.

Setelah mendengar ada jawaban, seseorang itu berjalan ke arah dapur.

"Pagi, Tante Sonia." ucap seseorang itu setelah memasuki dapur.

"Pagi juga, Verro. Aretha masih di kamarnya, Ver." jawab wanita bernama Sonia itu. Ia adalah ibunya Aretha.

"Om Brian dimana, Tan?" tanya Verro lalu duduk di tempat duduk di meja makan. Ruang makan di rumah ini bergabung langsung dengan dapur.

"Brian udah berangkat ke kantor, Ver. Ada berkas yang harus diurus katanya. Kamu langsung ke kamarnya Aretha aja Ver, daripada nunggu." ucap Sonia sambil menata makanan di meja makan.

"Verro nunggu di sini aja, Tan." jawab Verro sambil tersenyum.

"Baiklah, tadi udah sarapan belum Ver? Sarapan di sini aja." Tawar Sonia.

"Verro tadi udah sarapan di rumah Tan."

Tak lama kemudian seorang gadis berlari menuju ke ruang makan. Kemudian duduk di samping Verro.

"Eh Verro." ucap gadia itu.

"Apa?" balas Verro cuek.

"Ih cuek banget lo." ucap Aretha kesal lalu memukul lengan Verro. Dan Verro bukannya kesakitan justru terkekeh pelan.

"Sarapan dulu, Tha." ucap Sonia.

"Eh Mah, Aretha sarapan di sekolah aja ya." balas Aretha.

"Loh kenapa? Yaudah Mamah siapin bekal aja ya?"

Vriend [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang