"Tawaku tuk menutupi air mata, sedangkan senyumanku tuk menutupi luka."
-Aretha Khanza Pramudita-Sinar mentari mengusik tidur nyenyak gadis itu. Dengan terpaksa gadis itu bangun dan mempersiapkan diri untuk sekolah. Setelah melakukan segala hal yang sudah biasanya setiap pagi, gadis itu lantas keluar kamar dan menuju ruang makan.
Sesampainya di ruang makan, terlihat pria paruh baya yang sedang membaca koran di kursi paling ujung di meja makan itu. Sedangkan wanita paruh baya sedang mempersiapkan makanan yang kini ia tata di meja makan.
"Eh Tha kamu udah bangun." ucap wanita itu saat mengetahui Aretha yang kini berdiri tak jauh dari meja makan memperhatikan mereka. Aretha tak membalas dengan suara. Melainkan dengan anggukan kepala. Kemudian ia duduk di kursi seperti biasanya.
"Mamah masak nasi goreng kesukaanmu. Ayo dimakan." ucap Sonia dengan senyuman yang tak pernah luntur. Ia pun duduk di sebrang Aretha.
"Makasih, Mah." balas Aretha lalu mengambil nasi goreng kesukaannya itu.
"Udah kewajiban Mamah sayang. Tidak usah berterima kasih." ucap Sonia lembut.
Brian yang tadi membaca koran kini ia melipat koran itu dan sarapan. Setelah itu suasan hening menyelimuti. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang bersautan. Tak lama kemudian suara deheman dari Brian membuat Aretha menatap sang Papah.
"Retha." panggil Brian kepada Aretha.
"Iya pah." jawab Aretha.
Brian meletakan sendok yang berada di tangannya, lalu menatap anak satu-satunya itu dan berkata, "Papa ada kerja di luar kota."
"Kapan?" tanya Aretha.
"Lusa."
"Berapa lama?" kini giliran sonia yang bertanya.
"4-5 hari. Kalian baik-baik di rumah." balas Brian kemudian melanjutkan makannya lagi.
"Oke Pah, hati-hati. Retha bakal kangen Papah." ucap Aretha.
"Oh iya, nanti kamu berangkat sama Papah, Tha. Tadi Papah udah bilang Verro." ucap Brian.
"Baiklah."
Dan suasana hening terasa lagi. Aretha menghela nafas lelah. Jujur, ia rindu hangatnya keluarnya dulu. Dulu setiap pagi pasti ada canda tawa, sekarang hanya keheningan saja.
***
Sekarang Aretha baru saja keluar dari mobil Papahnya. Dan kini ia sedang berjalan menuju ke kelasnya. Lalu tiba-tiba suara teriakan memanggil namanya membuat ia berhenti dan menoleh ke belakang.
"ARETHA." teriak gadis dengan rambut dikucir kuda berlari menghambiri Aretha yang sekarang berdiri memperhatikan gadis itu.
Aretha menatap bingung sahabatnya yang sekarang mengatur nafasnya. Setelah baikan gadis itu berdiri tegal dan menatap Aretha. Lalu ia berkata, "Lo jalan cepet banget sih, jalan apa lari? Terus-terus kuping lo ketingalan di rumah ya? Gue panggil dari tadi lo gak denger."
Bukannya menjawab Aretha justru terkekeh. Lalu ia berbalik dan meneruskan jalannya.
"Jawab kek, Tha." ucap sahabatnya itu kesal lalu berjalan di samping Aretha.
"Apa Mauren?" tanya Aretha santai.
"Terserah deh, Tha, terserah. Gak usah jawab." Mauren semakin kesal dan Aretha hanya terkekeh pelan.
"Eh Tha." panggil Mauren sepertinya baru menyadari sesuatu.
"Apa?"
"Tumben lo diantar bokab." balas Mauren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vriend [Selesai]
Teen Fiction#108 dalam sahabat [13/08/2018] #137 dalam sahabat [11/08/2018] #01 dalam Friendzone (24/02/2019) dari 11,7 ribu cerita [BELUM DIREVISI] Aretha Khanza Pramudita dan Adelard Verro Richardo bersahabat sejak berusia 10 tahun. Berawal dari Verro yang me...